Newest Post

Halaman Terakhir di Tahun 2015

| Kamis, 31 Desember 2015
Baca selengkapnya »
Kembali lagi di tanggal 31 Desember. Seperti yang aku pernah bilang sebelumnya, semua tanggal, atau hari itu gak ada yang lebih penting. Setiap waktu itu penting, tapi memang ada beberapa tanggal yang menarik perhatianku salah satunya ya hari ini. Tanggal 31 Desember. Tanggal ini cukup menarik bagiku karena merupakan 'juru kunci' sebelum memasuki tahun yang baru dan pasti selalu ada suara terompet dan kembang api, suara petasan dan juga mercon. Semua orang tampak memiliki semangat yang baru dan bersukacita setelah sekian bulan badannya lunglai, letih, lesu dan tidak berdaya tapi ketika mendekati tanggal ini jadi kembali bersemangat. Sebelumnya aku mau sedikit bicara tentang beberapa pengalamanku terutama masa-masa aku kuliah, masa-masa aku bersenang-senang, masa-masa aku kecapekan dan sibuk.

Cerita yang pertama adalah tentang kuliahku
.Sekarang coba perhatikan lambang dan tulisan di atas. Kalian pasti tahu dong tulisan di atas menunjukkan apa. Aku berkuliah di tempat itu dan buktinya ya map itu. Aku kuliah terbilang cepat sih walau itu hitungannya emang standar anak kuliah. Empat tahun. Gak kurang dan gak lebih. Lulusnya bareng-bareng sama teman-teman satu jurusan. Lulus sidang bulan Juli 2015 dan wisuda Oktober 2015. Kalau aku hanya bilang seperti itu ditambah dengan angka magis yang dikenal dengan sebutan ipk, aku rasa itu tidak menunjukkan kalau aku menikmati perkuliahanku. Tapi aku gak mau cerita tentang prestasi atau apalah itu namanya yang kalau diceritakan membuat orang merasa bangga pada dirinya. Aku sudah bangga dengan diriku bahkan sebelum embel-embel tulisan 'ST' disematkan di belakang namaku, aku sudah bangga dan bahagia bahkan jauh sebelum aku mengecap bangku pendidikan.

Untuk masuk universitas atau dalam hal ini institut di atas sebenarnya terhitung sulit. Kalau diibaratkan sebuah game, maka ini adalah game arcade S class. S di sini menunjuk kata Smokin' (yang pernah main game Devil May Cry atau sejenisnya pasti tahu deh kelas-kelas ini). Kenapa aku bilang kelasnya S-class? Bayangin aja ada berapa 'ekor' manusia yang rela 'buang' waktu bermain mereka dan menggantinya dengan ikut segala macam les privat inilah, les privat itulah. Les di sinilah, les di situlah hanya demi bisa masuk ke institut ini. Sebenarnya aku gak menyalahkan mereka yang emang ngambil les persiapan untuk ujian saringan masuk ini (SNMPTN, kalau sekarang sih namanya SBMPTN). Engga, aku bilang engga salah kalau ambil les ini itu. Justru memang harus benar-benar mempersiapkan segala kemampuan untuk menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tapi yang aku benar-benar benci adalah kenapa porsi akademis selalu lebih besar dibanding porsi lainnya? 

Dari dulu aku gak suka untuk ikut les ini atau les itu kalau hubungannya sama mata pelajaran di sekolah. Aku bahkan sempat berpikir begini sama mereka yang les mata pelajaran "Hello...,ngapain aja lu di sekolah ampe kudu les segala? Pelajaran sekolah ya belajar di sekolah. Di luar sekolah lakuin hal lainnya brur." Mungkin terlalu naif atau polos dulu tapi apa yang aku katakan memang benar. Kebanyakan sekarang les-les atau kursus itu bukan membuka pikiran untuk melihat satu masalah dari sudut pandang yang berbeda, tapi justru malah membuat pikiran hanya melihat satu masalah dengan satu cara. bukan dengan segala cara yang memungkinkan. Yang diajarkan hanyalah hasil dan bukan proses sehingga kebanyakan sekarang orang maunya serba instant. Sebodo amatlah dengan prosesnya yang penting hasilnya, begitu pikir mereka. Dan kini aku bisa lihat hasilnya. Mungkin kalau aku bisa bilang aku adalah bagian dari sebagian orang yang gak pernah les, gak pernah terlalu memusingkan sisi akademis dan bisa menggapai apa yang orang-orang harapkan. Aku masuk ke institut ini tanpa banyak menghadapi kesulitan dan mematahkan stereotip orang kalau yang masuk ke institut ini kalau gak pintar ya kaya.

Selanjutnya ya aku mulai kuliah di pertengahan tahun 2011 dengan mata kuliah yang sebenarnya terhitung sudah pernah tapi pengalaman mendapatkan materinya dari sudut pandang yang baru. Ini yang aku suka sebetulnya yaitu melihat satu masalah dari sudut pandang yang beragam. Kalau dibilang selama kuliah aku gak terlalu berprestasi amat kok. Aku termasukdalam golongan mahasiswa golongan DEDEMIT. Apa itu DEDEMIT? Diemdan kalem main tidur. Tapi seperti yang kubilang, aku lebih memilih ilmunya yang aku pengin dapat. Aku sempat aktif dulu ikut kelas teater karena dulu selama sekolah aku aktif di teater. Aku belajar akting, belajar menguasai panggung, make up artist and character, belajar jadi sutradara, dan menjadi penyelenggara acara. Tapi aku gak lama di sana dan aku ikut siaran kampus. Aku dulu sempat berpikir kayaknya aku jadi penyiar aja karena aku bisa lancar siaran seperti penyiar umumnya apalagi aku punya suara 'ganteng'-nya penyiar. Kalau waktu senggang kadang nongkrong dulu ama teman kuliah atau teman radio. Baik itu di kantin, di warung pinggir jalan Ganesa, Ganyang, warung deket DU, warung pinggiran UNPAD, kawasan DAGO, atau nongkrong kayak anak gaul di mall sekitar DAGO dan Cihampelas.

Sebetulnya kalau soal main, aku paling gak suka main ke mall dan makanya pas kuliah ketika ada kesempatan main keluar kota aku pasti ikut. NIh beberapa tempat yang aku sempat kunjungi semasa kuliah dulu.
 

Kalau diurutin dari atas ke bawah adalah yang pertama aku bermain ke Karimun Jawa, itu lho pulau yang ada di Lautan Jawa di sebelah utara Jepara. Si sana banayk spot snorkling yang bagus dan gambar itu pas aku dapetnya pas bagus-bagusnya. Aku pergi ke sana bareng teman-teman di radio kampus itb. Gambar selanjutnya itu ada di Kota Tua Semarang. Nama bangunan yang ada di bealkangnya adalah Gereja Blenduk. Disebut Blenduk karena ada kubang setengah lingkaran di atas bangunannya. Terus gambar terakhir pasti kalian tahu. Ini di Yogyakarta tepatnya di simpang Jalan Malioboro. Tapi ada satu tempat yang paling sering aku kunjungi selama liburan semesteran kampus yaitu Pangandaran.

 

Aku jadi sering ke Pantai Pangandaran. Gambar yang pertama yaitu paling pojok kiri atas itu aku berfoto di  Cagar alam kalau tak salah ingat dua tahun lalu, terus foto yang sebelah kanan itu di Pantai Indah Madasari, foto ke tiga dan keempat juga di lokasi yang sama tapi foto ketiga itu di tebingnya.

Itu kalau bicara soal jalan-jalannya selama kuliah. Aku rasa aku sudah cukup puas kalau main jauhnya tapi aku masih ingin main juga sih. Jiwa petualangku masih semangat. Kalau bicara soal tugas-tugas kuliah bisa dibilang aku bukan tipe anak rajin sih tapi sebelum deadline aku selalu membereskannya. Hampir gak pernah mengalami hambatan yang berarti kecuali ada beberapa yang gak sesuai sasaran sih. Aku sempat mengulang dua mata kuliah penting tapi tidak terlalu berbahaya juga buatku karena aku bisa berjuang dan survive. Buktinya aku lulus sekarang ya walau bukan dengan hasil yang terlalu memuaskan. Tapi dengan hasil seperti itu, aku belajar untuk tetap berjuang dalam hidup dan menatap jauh ke depan. Jangan pernah membiarkan tangan ini berhenti bekerja, tidak membiarkan mata ini berhenti menatap, tidak membiarkan kaki ini berhenti melangkah, tidak membiarkan telinga ini berhenti mendengar, tidak membiarkan jantung ini berhenti berdetak, tidak membiarkan paru-paru ini berhenti bernafas dan tidak membiarkan hati ini berhenti berdoa dan berharap pada Yang Maha Kuasa (ngomong-ngomong mirip kayak film apa gitu ini quote).

Setelah aku lulus di bulan Agustus 2015, bisa dibilang aku sedang menikmati masa-masa istirahatku. Aku belum bekerja. Yang aku kerjakan adalah membuat berbagai macam lamaran kerja dan mengirim ke berbagai perusahaan. Beberapa ada yang lolos administrasi tapi ada yang gak masuk. Tapi ayahku bilang nikmati aja. Jangan takut. Pada akhirnya memang aku gak kerja selama lima bulan dulu. Lalu apa yang aku lakukan selama lima bulan? Gambar ini mungkin menjelaskan lebih baik.



Selama masa menganggurku, aku pergi main ke CIC lagi ke kebun tehnya, terus ke Kampung Gajah naik ATV, habis itu main ke Kawah Putih. Ngomong-ngomong ini pertama kalinya lho ke Kawah Putih padahal udah lama di Bandung tapi baru kesampaian ke Kawah Putihnya.

Nah kado terbaik saat Natal yang aku terima adalah aku bisa mendapat pekerjaan juga akhirnya sebelum tahun 2015 berakhir. Aku bekerja di PT. CPAN, yang bekerja sama dengan Pertamina. Kalau ditanya dimana kantornya, ya di Terminal BBM Pertamina Ujungberung. Pekerjaanku adalah mengawasi bagian gantry, yaitu penyaluran BBM ke mobil tangki. Cukup banyak yang dipelajari tapi kata seniorku, belajarnya sambil lihat masalah jangan teori doang. Begitu katanya.

Ya itulah catatan terakhirku di penghujung tahun 2015. Aku berharap bisa menuliskan lebih banyak lagi tapi sekarang seperti ini dulu. Selamat bersenang-senang.

Selamat Tahun Baru 2016

Halaman Terakhir di Tahun 2015

Posted by : Unknown
Date :Kamis, 31 Desember 2015
With 0komentar
Tag :

Back To Blogging

| Rabu, 21 Oktober 2015
Baca selengkapnya »
Halo-halo teman baca. Waaah sudah lama ya tak nongol daku nih di blog. Sudah sekitar enam bulan nih daku tak menelurkan kembali hasil tulisanku. Gimana kabar teman-teman baca sekalian? Pasti pada biasa aja ya, ato malah biasa banget? Kalo aku sih luarrrr biasaaaa.... (maksudnya biasa di luar gitu). Rupanya sudah lama juga ya daku tidak menulis blog lagi.. Padahal biasanya daku selalu berceloteh riang walau hanya beberapa ekor saja yang melihat (read : membaca) celotehanku yang tertuang di blog ini.

Kesempatan kali ini daku hanya mau menyapa saja. Tak lebih dan tak kurang karena yang lebih itu dimiliki oleh Mas Tu*ul dan yang kurang itu dimiliki oleh Kang Uhle (bukan nama sebenarnya dong). Kalau teman-teman baca perhatikan kegiatanku selama enam bulan tidak menulis blog itu disibukkan dengan membuat tugas akhir karena kebetulan daku ini mahasiswa tingkat akhir dan selama dua bulan waktuku tersita untuk membereskan baik makalah, proyek, paper buku TA dan dokumen-dokumen kelengkapan untuk persiapan sidang. Wiiidiih, banyak amat ya udah kayak orang penting aja ya. Ya dibilang penting sebenarnya gak juga tapi kalo dibilang gak sebetulnya ya penting sih kalau dipikir-pikir lagi. Jadi inget salah satu acara di teve nama apaan sih ya? Duh lupa daku. Udahlah kan daku sekarang mau ngebahas soal enam bulan yang menghilang dan bukan ngebahas acara-acara teve begituan.

Dua bulan pertama kan tadi udah dibahas ya teman-teman baca kalau daku sibuk ngurusin masa-masa akhirku sebagai manusia terpelajar. Nah setelah dikasih toga dan disidang bulan Agustus kemarin maka aku masuk dalam fasa pengangguran. Tapi aku gak mau disebut sebagai pengangguran sebab daku banyak kegiatannya nih, ya setidaknya sampai saat ini walau tidak banyak juga sih yang daku lakukan. Hehehehe....

Sebetulnya banyak kegiatan tapi karena saking banyaknya gak punya waktu untuk menulis kembali nih teman-teman baca. Selain karena kesibukanku masalah lainnya seperti biasa hal sepele yang membuat daku vakum enam bulan ini adalah karena daku sudah tak pasang akses internet lagi. Huhuhuhuhu.... Ini pun daku sempetin ke warnet hanya sekedar menyapa teman-teman baca lho. Doakan saja ya teman-teman baca kiranya daku dapat suatu pekerjaan jadi bisa main dan bisa menulis lagi dan teman-teman baca dapat hiburan lagi seperti biasanya dari daku nih.

Salam hangat dari daku


Back To Blogging

Posted by : Unknown
Date :Rabu, 21 Oktober 2015
With 0komentar

Ku Genggam Tangan Mu

| Selasa, 20 Oktober 2015
Baca selengkapnya »
Sudah selama ini kita bersama. Melewati banyak suka dan duka. Menghadapi berbagi rintangan dan melalui berbagai perjuangan yang panjang. Tangan kita masih tergenggam erat. Kita memang dari dua dunia yang berbeda. Kita berada di kutub-kutub ekstrem. Tampaknya memang seperti itulah apa yang dilihat orang-orang kebanyakn dari luar. Tapi kita tidak peduli dengan mereka, atau tepatnya kita bilang ‘siapa mereka?’.

Ya. Kamu adalah seseorang yang kini kugenggam tangannya. Tak pernah lelah aku menggenggamnya. Dua puluh empat bulan itu sama dengan dua tahun. Selama itulah aku menggenggam tanganmu, menggenggam hatimu.

Aku tahu segala tangismu, segala sedihmu, segala sukarmu. Aku tahu segala senangmu, kegembiraanmu dan keceriaanmu. Setiap kita berpandangan, aku selalu menatapmu lurus. Menatap ke dalam matamu. Menatap ke dalam isi batok kepalamu. Menatap jauh ke dalam hatimu. Setiap kita bicara, kudengar suaramu dari mulutmu. Kudengar lenguhan nafasmu. Kudengar isakan tangismu. Kudengan nada bicaramu. Kudengar kata demi kata.

Kini tetaplah disampingku. Biarlah aku tetap menggenggammu erat. Penuh dengan kehangatan. Penuh dengan cinta. Penuh dengan kepastian. Aku tak bisa menjamin ke depannya akan lebih mudah, tapi aku bisa menjamin kalau genggaman tangan ini takkan pernah aku lepaskan sekalipun. Bahkan hanya untuk sedetik pun.



Ku Genggam Tangan Mu

Posted by : Unknown
Date :Selasa, 20 Oktober 2015
With 0komentar

Smart Phone and Idiot People

| Jumat, 17 April 2015
Baca selengkapnya »


Luangkan waktumu sejenak untuk melihat video ini. Setelah melihat video ini, lihatlah pada diri sendiri dan renungkanlah, apakah kita seperti itu. Terkadang aku juga berpikir apakah kita sudah berubah?

Aku berpikir akan menulis dalam bentuk tulisan tangan kembali dan sedikit mengurangi menggunakan internet sepertinya.

LEPASKAN SMARTPHONE MU dan JADILAH SMARTPEOPLE


Smart Phone and Idiot People

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 17 April 2015
With 0komentar

Belajar Seperti Gunung Api

| Sabtu, 11 April 2015
Baca selengkapnya »
Halo-halo...teman-teman baca semuanya! Apa kabarnya nih? Biasa banget kah atau ya biasa ajalah keadaannya? Kalau aku sih biasa banget di luar tapi luar biasa di dalam. Hahahahaha.....
Tulisanku kali ini akan bercerita tentang gunung api lho. Kalau ada yang takut buat bacanya, boleh kok gak ngelanjutin. Tapi pasti nyesel deh kalo gak ngelanjutin bacanya karena kalian hanya akan menyia-nyiakan waktu kalian untuk mengklik link ini. Jadi saranku sih terusin aja ya bacanya, kalau boleh dishare juga. Hehehehe......(ngarep)


Kalau melihat gambar gunung berapi itu, apa sih yang teman-teman pikirkan pertama kali? Pasti yang pertama adalah bencana alam, lalu selanjutnya awan panas atau orang Jawa bilang wedush gembel dan selanjutnya pasti tentang hujan abu, lahar dingin dan kekeringan. Ya aku bilang benar sih, dan tidak ada yang salah. Tapi, terkadang aku suka berkhayal andai gunung berapi tersebut adalah sesosok manusia, maka manusia seperti apakah dia?

Aku pun mulai berkhayal bahwa gunung berapi itu diibaratkan sesosok manusia. Jika dilihat perilakunya, dia selalu menyemburkan segala sesuatu dari lubang kawahnya. Semuanya dia berikan, baik itu adalah lahar, lava, batuan panas, abu vulkanik, awan panas dan api tentunya. Kalau aku perhatikan maka sifat dari gunung berapi adalah memiliki totalitas dalam tindakannya. Dia selalu memberi dan bahkan memberi semua yang ada dalam isi perutnya. Dari hal ini aku belajar bahwa seharusnya manusia bisa belajar seperti gunung berapi. Belajar apa? Yaitu belajar untuk memberi tanpa menunggu-nunggu, memberi dengan kemampuan maksimal dan dengan sungguh-sungguh. Pernah lihat gak gunung berapi yang udah mau meletus, eh yang keluar cuman awan panas tanpa ada yang lainnya? Gak pernah kan. Sekalipun diawali dengan awan panas, tapi pasti selalu ada rentetan kejadian selanjutnya seperti adanya lahar.

Pelajaran lainnya adalah gunung berapi itu sifatnya selalu memberi dan tak pernah menuntut untuk mendapat balasan. Iya 'kan? Itu artinya sama juga dengan mengasihi dengan tulus, tidak hitung-hitungan untung ruginya. Coba bandingkan dengan kita sendiri deh, apakah kita sudah seperti gunung berapi itu dalam hal memberi? Jangan bilang aku menggurui kalian ya, tapi aku juga belajar kok bareng-bareng ama kalian karena aku juga baru menemukan ini ketika melihat gunung berapi lho.

Pelajaran terakhir yang aku bisa ambil dari gunung berapi adalah selalu menerima tanpa mengeluh. Ketika hujan turun, kawahnya pasti terisi air, dan tidak mungkin gunung berapi mengelaknya. Selain itu ketika ada orang melemparkan sesuatu ke dalam kawahnya, ia hanya bisa menerima dan tidak menolaknya. Pelajaran berikutnya adalah bersabar dalam setiap keadaan. Jangan cepat bereaksi karena lingkungan sekitar. Selain itu jangan mengingat-ingat kesalahan yang dilakukan orang lain hingga akhirnya malah menjadi dendam tetapi biarkanlah itu menjadi 'terbakar' di dalam 'kawah'-mu dan lanjutkanlah hidup.

Itulah tiga buah pelajaran yang aku ambil dari gunung berapi. Mungkin inilah mengapa kita perlu kembali belajar pada alam, karena dari alamlah segala ilmu berasal. Semoga tulisanku kali ini benar-benar berbobot ya buat teman-teman baca semua. Selamat belajar!

Belajar Seperti Gunung Api

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 11 April 2015
With 1 komentar:

Ketika "Deadline" Menghadang....

| Kamis, 02 April 2015
Baca selengkapnya »
Walau badai menghadang....
Ingatlah kukan selalu setia menjagamu....

Aaaah...itukan kata lagu.

Hai...hai...hai...teman-teman baca semua. Sudah sebulan rasanya daku sudah tidak menulis lagi. Kali ini di hari yang baru, daku mau menulis lagi.Sebelum hari ini berlalu, dan sudah masuk ke tanggal yang baru, daku mau mengucapkan....

FOOLS in APRIL
Yah, walau sebetulnya daku pun tidak ikut melaksanakan 'ritual' April Mop sih tapi bolehlah ya daku mengucapkan itu?

Akhir-akhir ini kalau teman-teman baca semua sedang bertanya-tanya kenapa daku tak pernah nongol lagi, ini karena daku sedang dikejar-kejar deadline. Siapa deadline? Anak tetangga mana itu? Tenang, tenang teman-teman bacaku. Deadline itu 'hanya' sebuah istilah. Tapi sekalipun itu sebuah istilah, tapi setiap orang yang dengernya pasti bakal alergi, bakal batuk-batuk, sakit kepala dari yang sakit biasa sampai migrain, terus berujung pada batuk pilek, batuk berdahak dan sesak napas (eeh bentar, kok malah jadi ngomongin penyakit ya? Balik lagi yuk maree....). Jadi ada tugas yang sedang bersiap-siap 'muntah' karena tugasnya harus dikumpulkan besok. Dimulai dari laporan, presentasi hingga pembuatan dokumen.

Beruntung dua diantaranya sudah kelar, bahkan sekarang pun, sebelum daku mulai mencorat-coret laman ini (baca : menulis), sudah beres juga. Nah tadi sambil aku membuat dokumen, dan laporan, kebetulan daku mampir ke suatu kafe. Kafe yang biasa daku kunjungi itu lho, teman-teman baca. Tempat minum kopi dan teh. Dan karena kebetulan aku lagi dikejar deadline, daku jadi sedikit ngelembur di sana sambil ditemani cemilan hangat. Seperti ini nih

Ini Vanilla late dan Salt & Pepper Tofu yang
menemaniku mengejar deadline
Sambil menikmati cemilan dan suguhan latte panas, daku membuat tugas yang deadlinenya besok. Nah kebetulan suasana di kafe lagi ramai dan ramainya bener-bener ramai dengan anak-anak kostan begitu. Soalnya aku lihat mereka datang bergerombol sambil membawa laptop dan mengerjakan sesuatu di sana. Wah, rupanya bukan daku doang ya yang sedang dikejar deadline, begitu pikirku sambil menyomot tofu di atas piring dengan garpu sampai habis tak bersisa dan tersadar kalau tugasku masih belum beres. Hingga akhirnya baru daku bereskan sampai jam sepuluh tadi.

Sebenernya pesan daku dengan tulisan ini adalah, jangan pernah melakukan sistem sks sendirian. Nah lho, apa itu sistem sks? Sks itu bukan artinya satuan kredit semester yang biasa diambil oleh anak-anak kuliahan, tapi maknanya adalah sistem kebut semalam. Nah kalau mau pakai sistem sks jangan sendirian, tapi ramai-ramailah supaya ada yang saling menyemangati dalam melakukan dan menyelesaikan tugas kalian. Kan jadi enak ngerjainnya kalau bareng-bareng. Tul gak? Selain itu sasran lainku, jangan lupakan cemilan untuk menemani dan musik. Cemilan akan membantu kita berpikir dan memberi energi tambahan dan musik akan menolong kita menenangkan jiwa raga asal musik yang dipasang bukan musik sendu macam lagu "Aku Ra Bobo" atau "Sakitnya Tuh Di Jidat". Jangan setel musik itu, soalnya nanti yang ada malah baper deh. Eeh ntar lagi ya. Udahan dulu. Waktunya mengistirahatkan kepalaku dan pikiranku.

Selamat malam dan selamat tidur teman-teman baca.

Ketika "Deadline" Menghadang....

Posted by : Unknown
Date :Kamis, 02 April 2015
With 0komentar
Tag :

Celotehku Pada Keluargaku, GGBI

| Minggu, 15 Maret 2015
Baca selengkapnya »
Halo..halo...halo...
Kalau di sini, selamat malam semuaya. Kabarnya luar biasa aja kan? Eh, maksudnya luar biasa baikkan? Setelah melanglang buana menyelami lautan bebas yang membuatku tenggelam di dalamnya dan tak bisa keluar lagi karena aku begitu menikmati kedalaman dan keindahan lautan (#halah) kini aku kembali muncul ke permukaan untuk kembali menemui para penggemarku (#tsah) yang menungguku (#apaansih) untuk kembali mengungkapkan kedalaman (#sumurkalidalem) hatiku yang sedalam sumur katanya.

Malam ini aku mendapat semacam 'ilham' atau inspirasi bahasa kerennya untuk menulis dan ide tulisanku ini aku peroleh ketika aku belajar di sekolah minggu di gerejaku. Nah bagaimana hal itu bisa terjadi? Begini awalnya.

Jadi awalnya ketika Minggu pagi ini aku ikut ibadah (baca: kebaktian) di gerejaku, nah kebetulan aku bergereja (baca: berjemaat) di Gereja Baptis Indonesia (GBI) Maleber yang ada di Bandung. Tapi aku percaya bukan suatu kebetulan aku ada di sini. Nah, jadi tadi ceritanya ada presentasi soal Kongres X GGBI yang ada di Surabaya. Ya aku sendiri gak terlalu ngerti sih, cuman sekadar tahu aja begitu. Awalnya pagi itu pandanganku soal kongres itu ya biasa aja. Toh aku pun gak ngerti yang dibahas apa dan gak terlibat di dalamnya. Namun semua itu berubah ketika negera api menyerang,

Eeeh,...bukan deng, bukan negara api yang nyerang tapi begini yang sebenarnya. Nah kalau di gerejaku, ada namanya sekolah minggu untuk pemuda, pemudi dan profesi. Pokoknya sekolah minggu itu diperuntukkan untuk yang kuliah dan bekerja dan belum menikah. Jadwalnya itu hari Minggu yaitu hari ini dan jamnya adalah jam 18.00 atau 6 sore. Sekolah minggu ini sebetulnya selain utnuk pemuda, digunakan untuk guru-guru sekolah minggu juga, cuman yang berminat hanyalah anak-anak muda dan itu pun belum semuanya. Eeh balik ke inti cerita aja yuk.

Sekolah Minggu Pemuda di gerejaku kali ini sedang membahas tentang sebuah buku yang sangat bagus yaitu Purpose Driven Life karangan Pastor Rick Warren. Itu lho pastor yang dari Gereja Saddleback di Amerika sono. Nah kebetulan minggu ini aku dapat giliran untuk mempresentasikan Bab 16 dari buku itu. Nah tema besarnya adalah " Anda Dibentuk Untuk Keluarga Allah" sedangkan judul dari Bab 16 ini adalah "Hal Yang Paling Penting". Kalau kalian penasaran dengan hasil diskusinya ini aku ada linknya. Klik aja di sini tapi kalau penasaran dengan isi bukunya keseluruhan silahkan cari sendiri ya. Secara garis besar inti dari bab yang dibahas adalah kasih merupakan hal yang terpenting. Kasih harus ditunjukkan melalui tindakan.

Bahasan secara sekilasnya adalah, kita orang-orang percaya sudah masuk dalam keanggotaan sebuah keluarga dan nama keluarganya adalah keluarga Allah. Oleh sebab kita adalah keluarga, maka kita punya hak-hak dalam keluarga dan memiliki kewajiban serta tanggungjawab juga. Saya yakin bahwa setiap orang yang mengaku percaya Yesus dan dibaptiskan, entah itu dibaptis selam, percik, atau banjur, merupakan satu saudara dalam Kristus. Yesus Kristus adalah kakak sulung saya dan saya beserta orang-orang percaya lainnya adalah saudara iman saya. Secara umum, setiap orang percaya adalah saudara seiman saya, tetapi secara khusus saya punya keluarga 'kecil' saya yaitu GGBI. Itulah keluarga 'kecil' saya dan keluarga 'lokal' saya adalah BPD Jawa Barat, sedangkan keluarga 'inti' saya adalah GBI Maleber Bandung.

Sebagai anggota keluarga, kita harus dapat saling mengasihi. Itu sebabnya kasih adalah hal yang terpenting dan seharusnya menjadi hal yang diprioritaskan dalam hidup kita yang singkat ini, terutama untuk mengasihi saudara seiman kita, saudara dalam keluarga Kristen. Cara yang benar yang menunjukkan kita mengasihi adalah dengan adanya hubungan yang kita lakukan dengan anggota saudara seiman kita yang lain seperti entah itu menyapa, mengajak ngobrol, diskusi, atau melakukan suatu kegiatan bersama seperti halnya interaksi yang kita lakukan pada keluarga fisik kita, kita lakukan juga pada keluarga rohani kita. Nah kasih yang benar adalah kasih yang dilakukan, bukan yang dikatakan. Dan waktu yang benar untuk melakukan kasih itu adalah sekarang, bukan nanti atau besok karena kita tak tahu kalau besok masih hidup atau tidak.

Lalu sangkut pautnya dengan GGBI apa ya? Pasti ada yang berpikir seperti itu. Sebelumnya anggap aku anak kemarin sore aja ya yang tiba-tiba nongol dan berteriak "bapak mana, bapak mana, dimanaaaa...." (mirip siapa ya?). Sebagai anggota keluarga tentu kita pengen dong keluarga kita baik dan bahkan harus bertumbuh. Melihat hasil kongres yang dipaparkan dan penjabarannya serta diskusinya, saya melihat kalau sepertinya GGBI tidak ada yang berbeda. Lho kenapa aku bilang begitu? Kalau boleh saya bilang, coba lihat pengurusnya deh. Apakah ada anak-anak muda yang ikut ambil bagian di sana? Atau pada kongres kemarin apakah ada generasi penerus yang ikut ambil bagian di sana dalam kongres? Aku merasa tidak ada sepertinya. Nah kalau aku lihat sekilas sepertinya dalam kepengurusannya tidak ada regenerasi deh soalnya gak ada pemuda yang ikut ambil bagian di sana. Aku sih memang tidak mengenalnya dan bahkan bapak-bapakku yang ikut kongres pun tidak terlalu mengenal mereka semua. Yang aku kenal atau tepatnya aku tahu paling-paling Pdt Timotius Kabul. Itu pun hanya beberapa kali aku tahu karena aku ikut KKMBi dan KKNPBI beberapa waktu lalu.

Selain masalah itu, aku pun sebetulnya agak bingung dengan STTB Bandung? Ada apa dengan sekolah teologia ini? Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena aku dengar katanya mau di merger jadi tidak ada STT Baptis lagi di Bandung dan sebagai akibatnya teman-temanku yang kuliah di sana yang melakukan pelayanan di gerejaku jadi pulang kampung semua seperti Cia, Lily dan David. Untuk Cia, aku tahu dia kembali sekolah di STT yang ada di Manado, cuman kabar dari Lily maupun David aku kurang tahu. Selain itu juga aku kasihan ama mereka bertiga, karena mereka kan perantau, jauh-jauh ke Bandung, untuk dipersiapkan sebagai hamba Tuhan, entah guru atau pendeta, tapi belum beres sudah harus pergi dengan ilmu yang belum banyak mereka nikmati. Ada apa ini dengan GGBI?

Bapak dan ibu yang kini ada di GGBI, tolong jawablah pertanyaanku. Mengapa seperti ini? Ingatlah bapak dan ibu yang mengurus GGBI, kalau boleh lihatlah, ada banyak anggota GGBI, maksudku banyak pemuda di seluruh Indonesia yang masuk ke keluarga inti GBI mereka masing-masing dan banyak daerah. Tapi kenapa yang mengurus GGBI sepertinya hanya orang tertentu saja dan orang yang sama? Ya memang aku ini gak punya pengetahuan, tapi sikap kritisku menunyuruhku mempertanyakannya dan bahkan seperti ada dorongan juga dari Tuhan untuk menulis ini. Bapak, ibu di GGBI, lihat kami pemudamu. Diantara kami umurnya ada yang 17 tahun sampai 22 tahun. Lima tahun lagi kami semua akan berumur 22 tahun sampai 27 tahun. Waktu akan berjalan terus dan bapak, ibu akan menua, sama seperti kami juga akan menua. Jika bapak, dan ibu GGBI tidak memerhatikan kami dan tidak peduli dengan kami serta tidak memberi kami kesempatan, sepertinya nasib dari GGBI tidak akan membaik dan malah menurun. Siapakah yang selanjutnya akan mengisi kursi yang bapak dan ibu duduki sekarang ini?

Kalau sekarang bapak dan ibu dari GGBI menganggap aku lancang, silahkan nilai aku seperti itu, tapi sebagai anggota keluarga, atas dasar dorongan kasih maka aku berbicara seperti ini. Kalau tidak punya kasih dan tidak terbeban, mungkin aku hanya akan diam-diam saja dan mengatakan semuanya baik-baik saja padahal ada masalah di sana. Mungkin aku tidak tahu dengan pasti apa masalahnya seperti apa, tapi kalau bapak dan ibu mau memakai kami, anak-anak muda yang telah Tuhan anugerahkan pada GGBI, pasti kami mau membantu menyelesaikannya karena kami adalah anggota keluarga GGBI. Mungkin bapak dan ibu GGBI berpikir kami belum berpengalaman. Oleh sebab itu berilah kami pengalaman itu dengan cara memberikan kaim kesempatan untuk terjun.

Ucapanku selanjutnya adalah untuk saudara-saudaraku yang ada di GGBI. Halo saudara-saudaraku yang seumuran, apakah kalian tahu masalah yang terjadi di Kongres X GGBI? Bagaimana caranya kalian bisa bilang kalian keluarga GGBI tapi masalah di GGBI pun kalian tak tahu. Jangan bilang kalian mengasihi GGBI kalau kalian tidak melakukan apapun untuk GGBI. Kemanakah kalian selama ini? Aku sebetulnya rindu banget kita bisa lakukan suatu persekutuan bareng. Ya mungkin gak se Indonesia juga, tapi ya setidaknya adalah beberapa kali dalam 3 bulan untuk tiap region saling bersekutu bersama biar kita bisa saling mengenal. Kan ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Ayo saudara-saudaraku seiman, tunjukkan dong kalau kalian mengasihi saudara seiman kalian apalagi mengasihi keluarga GGBI.

Nah begitu aja sih yang aku mau omongin. Sebetulnya ini lebih seperti unek-unek aja ya, tapi ya lebih baik aku jujur daripada aku berdiam diri membisu karena awal dari perubahan adalah keterbukaan. Semoga bapak, ibu dan saudara-saudaraku di GGBI bisa memahami maksudku menulis celotehanku ini. Dan tak lupa juga untuk keluarga intiku, GBI Maleber yang mengajarkanku untuk berpikir kritis. Terima kasih buat didikannya. Disitulah aku merasa kalian mengasihiku dan aku mau mengasihi keluarga kritisku ini. Selamat malam dan terima kasih


dari anak yang suka berceloteh ngawur

Celotehku Pada Keluargaku, GGBI

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 15 Maret 2015
With 0komentar

Catatan di Akhir Februari

| Sabtu, 28 Februari 2015
Baca selengkapnya »
Halo semuanya! Gimana kabarnya? Baik semuanya kan? Pasti udah kangen deh karena selama sebulan ini aku belum meluncurkan (mobil kali diluncurin) satu buah karya tanganku. Aku sebetulnya sudah lama ingin menulis lagi kalau bukan karena tugas proyek yang menyita banyak waktuku, mungkin udah dari kemarin aku menuliskannya. Tapi dari kemarin aku mencoba mengira kapan kira-kira tanggal yang tepat untuk menerbitkan tulisan ini dan pilihannya jatuh pada tanggal 28 Februari 2015, tanggal paling bontot di bulan ini.

Tulisanku ini sebetulnya lebih seperti sebuah cerita, atau sebuah karangan dengan berbagai tema karena aku mau menceritakan kisah-kisah yang sampai saat ini masih aku ingat selama bulan Februari ini yang kata orang sih bulan penuh cinta. Hemm...aku sendiri gak tahu kenapa dibilang begitu apakah ada sangkut pautnya sama hari Valentine? Ya bisa jadi. Tapi kali ini aku gak akan bahas soal Valentine seperti sejarahnya atau asal-usulnya. Kalau kalian netizen sejati (baca: penduduk internet) kalian pasti tahu dong kisruh soal Valentine sampai ada acara larang-laranganlah, haram-haramanlah dan sebagainya dan seterusnya. Tapi aku gak ambil pusing toh, untuk mengungkapkan rasa sayang gak musti di hari Valentine, tapi setiap hari bisa. Cuman mungkin karena ada kisah spesial makanya diadain tuh harinya. Beruntungnya adalah Hari Valentine gak dijadiin hari libur nasional. Kalau sampai dijadiin hari libut nasional, pasti yang demo nolak Hari Valentine pada mikir nanti gak ada lagi hari liburnya. Wkwkwkwk :P (kidding mode : on)

Bicara soal Bulan Valentine, bulan ini begitu berkesan buatku. Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena di bulan ini aku kembali meneguhkan cintaku dengan Lusi. Iya Lusi. Cewe hitam manis yang saking manisnya disemutin mulu. Hahahaha..... Disitu juga aku belajar bahwa komunikasi itu penting apalagi buat aku yang menjalani hubungan LDR-an. Sedikit miskom aja masalah bisa panjang. Yang namanya menjalin suatu hubungan, pasti ada masa romantisnya, ada saatnya kecewa, bahagia, patah hati, gembira, sukacita, speechless, dan lainnya itu sebagai satu paket dalam hubungan. Jadi kalau memang sudah memilih untuk melakukan hubungan yang lebih serius ya musti dipikirin dulu ya kawan-kawan. Jangan sampai menyesal.

Selain tentang itu, di bulan Februari ini, tepatnya minggu lalu, aku baru kali ini merasakan berkemah di pantai. Wuih, kebayang gak malem-malem di pinggir pantai, tidur di dalam tenda. Suasana hening dan yang terdengar hanyalah suara gulungan ombak yang saling susul menyusul menyentuh bibir pantai, ditambah pemandangan langit malam yang bersinar karena bintang-bintang sambil ditemani hangatnya api unggun. Enak ya rasanya damai adem gitu. Cuman kondisinya waktu kemarin aku kemah langit hitam gelap karena mendung dan api unggun cuman sebentar nyalanya. Tapi itu menjadi kenangan terindah yang tak pernah aku lupakan. Namun yang aku sayangkan memang aku menikmatinya seorang diri karena aku lagi LDR-an. Tapi setidaknya kami sedang memandang langit yang sama dan mendengar suara ombak yang sama.

Nah itulah beberapa catatanku di bulan Februari ini, dan aku mau minta maaf ya buat teman-temanku yang sudah menunggu tulisanku. Nah kali ini aku persembahkan tulisan ini untuk kalian yang selalu menginspirasiku, para pembaca setiaku. Sampai jumpa di bulan Maret.

Catatan di Akhir Februari

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 28 Februari 2015
With 0komentar
Tag :

Perjalanan Bersama Teman

| Sabtu, 17 Januari 2015
Baca selengkapnya »
Akhir-akhir ini saya sedang dilanda kegalauan yang masif. Untuk memungkas semuanya saya berjalan keluar mencari suatu pemandangan. Apapun itu asalkan dapat mengalihkan perhatian saya. Tak berhasil menemukan pemandangan yang dirasa dapat mengalihkan ataupun menyalurkan semua yang saya rasakan, saya beralih kembali ke dunia maya, tempat biasanya saya 'nangkring' atau sekedar 'minum kopi' atau berbual-bual di sosial media.

Saya mengetikkan sembarang kata saja di search engine dan kata yang saya tuliskan pertama kali adalah 'trotoar'. Kebetulan saya memilih utnuk mencari gambar dan berjubel gambar trotoar atau pinggiran jalan. Tak tahu mengapa pilihan saya jatuh pada sebuah gambar di samping ini. Sebetulnya kalau diperhatikan tidak ada yang menarik dengan gambar trotoar ini. Desainnya sudah umum. Selain itu tidak ada keramaian orang yang sedang berlalu-lalang di atasnya.

Melihat gambar trotoar itu pikiranku mulai melayang dan berkhayal di alam pikiranku sendiri. Gambar itu mengingatkanku pada sebuah perjalanan pertemananku dengan beberapa temanku. Aku dan beberapa temanku itu begitu klop bahkan dalam beberapa hal kami memiliki kesamaan. Kami selalu menghabiskan waktu hampir bersamaan dengan cara sekedar ngopi, ngemil maupun makan. Saking akrabnya karena segala-galanya hampir dilakukan bareng-bareng (kecuali bertapa di toilet), kami sempat bikin kelompok gitu.

Tapi bagai petir di siang bolong, dan memang tadi siang langitnya bolong karena petir beneran nyambar dan ada awan hujan. Ibaratnya ketika menghadapi sebuah persimpangan, rakitmu terbelah menjadi dua. Jadi tadi siang sebetulnya sudah direncanakan akan main tapi aku sedang ada dalam masalah yaitu uang. Kayaknya ini tanggal tua aku deh kali ya. Nah teman-temanku ngajak main. Tapi apa mau dikata keuangan lagi seret nih dan lagian mainnya cukup jauh juga jadi aku memutuskan untuk gak ikut. Namun apa dikata tiba-tiba temanku marah dan bete berat. Ini nih maksudku petir di siang bolong.

Aku gak tahu sampai kapan kondisi seperti ini akan terus bertahan padahal aku merasa ini adalah hal yang kecil. Namun aku belajar satu hal dan sebenarnya bukankah begitu dalam hidup? Kita pasti akan mengalami yang namanya gesekan-gesekan kecil ketika kita bersosialisasi dengan yang lain. Namun bukan berarti setiap gesekan itu adalah penghalang kita dengan teman kita, namun sebagai salah satu pembentuk karakter kita.

Pertemanan bukanlah pertemanan jika hal itu terjadi berdasarkan perjanjian, bukan karena ketulusan

Perjalanan Bersama Teman

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 17 Januari 2015
With 0komentar
Tag :

Hening

| Senin, 12 Januari 2015
Baca selengkapnya »
tik           tok          tik            tok
       tik            tok          tik
tok          tik           tok           tik
       tok           tik           tok
tik           tok          tik            tok
       tik            tok          tik
tok          tik           tok           tik
       tok           tik           tok
tik           tok          tik            tok
       tik            tok          tik
tok          tik           tok           tik
       tok           tik           tok
tik           tok          tik            tok
       tik            tok          tik
tok          tik           tok           tik
       tok           tik           tok
tik           tok          tik            tok

tik           tik                   tik                                    tik
     
             tik                      tik                        tik

          tik                              tik                             tik

tik                          tik                              tik

                      tik

 tik
     
                                                 tik









- seketika kala energinya habis
- yang tersisa hanyalah

ke - he - ni -ngan

Hening

Posted by : Unknown
Date :Senin, 12 Januari 2015
With 0komentar

Sepucuk Surat dari Pulau Harapan

| Kamis, 08 Januari 2015
Baca selengkapnya »
Sore itu ketika aku sedang menikmati secangkir teh dan sebuah cupcake di atas balkon dengan pemandangan langit sore yang indah, bel pintu rumah susunku berbunyi. Dengan sedikit enggan untuk meninggalkan kursi malasku dan pemandangan senja ketika mentari sedang turun perlahan dibalik laut, aku berjalan membuka pintu kamarku. Ketika aku membuka pintu itu, terdapat seorang kurir surat dan dia membawakanku sebuah amplop. Setelah amplop itu ditanganku, aku lalu menutup pintu itu. Aku berpikir sepertinya amplop ini berisi surat biasa atau sekadar surat kosong saja sebab tak kutemukan nama pengirimnya. Kemudian aku kembali menuju kursi malasku dan aku tinggalkan amplop itu di meja kerjaku dan kembali melanjutkan menikmati pemandangan sore itu.

Setelah mentari tenggelam dan keadaan langit mulai menggelap, aku memutuskan untuk mandi. Kemudian aku masuk ke kamar mandi. Ketika aku mau masuk ke kamar mandi, perhatianku teralihkan dengan amplop tadi sore. Sebetulnya aku penasaran isinya seperti apa dan pengirimnya dari siapa. Sejenak aku beranjak ke meja kerjaku dan kuperhatikan amplop itu. Aku coba merabanya tak ada tanda apapun, lalu aku coba menerawangnya. Ketika aku menerawang, aku menemukan ada gambar emoticon smiling face. Secara tiba-tiba pikiranku mulai bergulir ke belakang mencoba mengingat-ingat dimana aku pernah menemukan simbol seperti itu. Karena penasaran, aku kemudian mencoba membuka membuka tutup amplopnya dan kemudian aku melihat ada sebuah saputangan. Aku coba bentangkan saputangan itu dan aku melihat simbol itu. Smiling face. Tak salah lagi, itu pasti milik dia begitu pikirku.

Kemudian di dalamnya masih terdapat surat. Lalu aku mengambil surat itu dan ketika aku buka lipatan surat itu, aku melihat sebuah ilustrasi. Di ilustrasi itu terhampar lautan yang berwarna biru lalu bergradasi menjadi kuning kejinggaan akibat pantulan cahaya mentari senja yang sedang terbenam. Lautan itu luas dan terdapat ombak-ombak yang bergulung. Gulungan ombak itu menghempas batu karang yang kokoh tempat dimana kepiting dan kerang berada. Di atas batu karang itu terdapat dua buah kursi dan sebuah kanvas. Tampak di dalam kanvas itu terdapat juga lukisan tentang pemandangan pantai di sore hari. Ilustrasi itu sungguh begitu hidup bagiku karena aku begitu mengenali bentuk dan bangun dari batu karang itu. Selain itu terdapat pohon-pohon kelapa yang melambai ditiup angin dan gambarannya seperti tepat apa yang aku ingat dan aku kenang selama ini.

Lalu aku melihat di bagian bawah ilustrasi itu terdapat tulisan seperti ini.
Langit bertemu dengan lautan. Lautan menimbulkan gelombang. Gelombang menghempaskan dirinya di bibir batu karang. Batu karang membiarkan dirinya tergenang air laut. Namun kali ini langit seperti membawa sebuah pesan. Pesan itu lalu disampaikan kepada lautan. Kemudian setelah lautan tahu bahwa ini pesan penting, ia membuat gelombang yang lebih besar sehingga dapat melampaui batu karang dan menyampaikan pesan itu pada seorang pria di seberang pulau sana. 
Ingin sekali rasanya aku datang mengunjungimu dan melihatmu. Kau ingat kataku tentang langit biru dan lautan luas, sekalipun mereka terpisah jauh, namun di ujung horizon sana mereka bersatu. Mereka bertemu. Sekarang jika kau sudi, lihatlah ke ujung horizon tempat dimana lautan langit biru bertemu
Setelah aku membaca isi dari surat itu, kini aku tahu siapa yang mengirimkannya. Tanpa kupikir panjang lagi, aku lalu segera berlari menuju balkon kamarku. Ketika aku keluar dan menuju ke balkon, yang aku lihat hanyalah deburan ombak di pinggir pantai. Aku merasa kecewa sebetulnya. Ketika aku memutar punggungku dengan maksud kembali ke dalam, aku melihat sebuah siluet. Siluet itu begitu nyata di depanku. Aku merasa ini seperti mimpi. Siluet itu sedang berdiri di balkon tepat sebelah kamarku. Siluet itu seperti sedang melihat kepadaku. Lalu aku mencoba meyakinkan diriku. Aku pun melihat ke arah siluet itu. Siluet itu memang sedang benar-benar memperhatikanku. Dia menyandarkan kedua siku tangannya di pagar balkonnya dan salah satu tangannya menjadi tempat dagunya bertopang. Senyuman itu jelas sekali antara tersenyum lucu melihat raut mukaku yang kaget dan aku membuka mulutku. Sorot mata kecoklatannya jelas-jelas melihat ke arah kedua mataku juga. Rambut hitam kemerahan dan lesung pipinya kini semakin membuatku jelas.

" Tidakkah ini begitu indah kawan? Melihat seorang yang sudah lama kau ingin lihat. " ucap Gadis
" Se...sejak kapan kamu berada di sana? " tanyaku
" Sejak dua hari yang lalu. Tidak terkejutkah kamu? " ucap Gadis lagi sembari tersenyum simpul

Entah aku sendiri tak mengerti apa yang terjadi tapi kejadian ini begitu menyenangkan bagiku karena aku bisa bertemu lagi dengannya.

" Kawan, lihatlah bintang-bintang di langit sana. Mereka mengajak kita untuk berjalan. Maukah kau keluar bersantai sekarang? "

Aku hanya mengangguk dan kemudian sambil merapikan bajuku dan rambutku aku menunggu dia keluar dari kamarnya dan saatnya bagi kami untuk menikmati malam di pinggir pantai sambil melepas rindu.
 

Sepucuk Surat dari Pulau Harapan

Posted by : Unknown
Date :Kamis, 08 Januari 2015
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲