Newest Post

30 Menit Menatap Langit

| Kamis, 19 Desember 2013
Baca selengkapnya »
Malam ini begitu tenang. Terasa teduh sekali. Tak turun hujan seharian ini. Langitnya cerah dan keadaan itu memancingku untuk berteduh dan menatap langit. Setelah tak lagi disibukkan dengan tugas-tugas kuliah, segala macam ujian dan semua urusan beres sudah. Malam ini begitu nikmat. Sayang kalau dilewati begitu saja. Aku pun naik ke atas loteng dan mencoba melakukan apa yang dulu biasa aku lakukan. Yaitu menggelar karpet dan tidur di atasnya sambil mata menatap langit.

Dalam ketenangan ini aku suka berimajinasi macam-macam dan kebetulan kali ini sedang memasuki momen Natal. Hmm....kalo inget Natal yang pertama kali aku inget adalah acara Natalnya. Ada perayaan Natal apa aja di bulan Desember? Aku pun sibuk-sibuk mencari acara perayaan Natal lalu memasukkannya ke dalam jadwal. Beruntung di tahun ini aku tak disibukkan dengan menjadi panitia penyelenggara Natal jadi aku bisa berwisata deh ke gereja-gereja lain atau tempat-tempat yang merayakan Natal.

Namun belakangan ini aku berpikir sebenarnya selama ini ngapain aja sih aku kalo deket-deket Natal ini? Selama ini aku selalu sibuk dengan hal-hal yang memberi 'bumbu' pada Natalnya ketimbang Natal itu sendiri seperti bikin perayaan atau kalo gak bikin cari-cari perayaan. Sebetulnya itu semua setelah aku pikir-pikir lagi salah. Kenapa aku bilang itu salah? Salah karena fokusnya bukan ama Yesus Kristus atau Isa Almasih atau Yesua yang telah memberikan sastu hari itu sebagai momen untuk libur, tapi malah fokus ama acaranyalah, undangannya, tamunya, gamesnya dan teman-temannya. Seharusnya pada momen Natal yang cuman sekali setahun ini aku pergunakan untuk benar-benar merenung kembali tentang kasih karunia yang Tuhan beri buat aku.

Aku jadi inget akan sebuah cerita dari Kitab Lukas 10 ayat 38-42 dengan judul perikopnya adalah Maria dan Marta. Begini nih ceritanya

(38) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.(39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,(40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."(41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,(42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Setelah baca perikop ini aku suka berpikir, siapa yang kita layani sebetulnya ketika melakukan pelayanan? Tuhan atau diri sendiri  nih? Tiap baca perikop ini aku selalu diingatkan bahwa yang terpenting ketika ingin bertemu Tuhan adalah hatinya. Tuhan menyelidiki hati setiap orang. Tuhan tidak perduli dengan apa dipoles di luar, Tuhan tidak membutuhkan persembahan atau korban-korban sembelihan karena semuanya Dia yang punya. Tuhan maunya adalah sikap hati yang mau taat dan rendah dan mau duduk di kakinya. Aku harus belajar untuk merendahkan hati dan banyak merenung semua karya Tuhan supaya bisa menyenangkan hatinya Tuhan.

30 Menit Menatap Langit

Posted by : Unknown
Date :Kamis, 19 Desember 2013
With 0komentar
Tag :
Next Prev
▲Top▲