Newest Post

Ketenangan Senja

| Kamis, 14 Maret 2013
Baca selengkapnya »

Di senja yang indah, dengan semilir angin, awan-awan kumulus yang tebal, warna mentari menjadi merah kejinggaan di ufuk barat sana, bersiap menghilang di balik horizon. Aku termenung sendirian melihat mentari yang melambaikan tangannya kepadaku. Aku menatap mata mentari lamat-lamat. Gaung kebesarannya sudah dia letakkan dan telah ia siapkan untuk menyinari belahan bumi yang lain. Ia kemudian menyentuh hatiku dan memberikan secercah cahaya untuk kusimpan sebagai janji bahwa ia akan kembali datang untukku. Ya, hanya untukku. Seakan-akan aku adalah manusia paling berharga bagi dirinya dan satu-satunya alasan untuk dia terus tetap hidup.

Belum jauh mentari pergi, masih terlihat samar-samar cahaya jingga keemasannya, nampaklah rembulan, sang dewi malam. Perlahan-lahan dengan anggunnya dia naik ke atas panggung langit. Ku lihat di sebelahnya terdapat Cirius yang menuntun menemaninya bermain di langit malam. Aku suka sekali melihatnya. Cirius dan rembulan kini sudah bersama kembali. Mereka bagaikan dua insan yang dimabuk oleh cinta. Mereka melangkah dengan elegan sambil sesekali diiringi tarian. Para binatang sambil berpadu suara menyambut kedatangan mereka. Tak kurang lama, muncullah bintang-bintang lainnya menghiasi langit malam, menemai Cirius dan rembulan dalam pertunjukkan malam itu.

Malam itu aku duduk seorang diri. Walau mereka telah datang, namun entah pertunjukkan kali itu tampak membosankan bagiku. Aku terlalu lelah. Setelah seharian aku bekerja dalam kegiatan yang penuh dalam tantangan dan marabahaya, aku merasa kelelahan yang begitu sangat. Bahkan aku pun sampai tak sadar, saat cahaya rembulan menaungiku. Sang Dewi tampaknya mengetahui keadaanku sekarang ini. Sang Dewi memahami apa yang aku rasakan malam ini. Lalu Sang Dewi menatap padaku dan menyentuh bahuku dengan lembutnya. Kemudian aku pun menghadapkan wajahku pada Sang Dewi. Aku biarkan Sang Dewi membaca wajahku. Selanjutnya Sang Dewi pun memanggil Cirius. Dengan cepat Cirius melesat dan menghampiriku. Sang Dewi membisikkan sesuatu pada Cirius lalu Sang Dewi melangkah pergi. Cirius kemudian memancarkan cahaya dari tubuhnya dan kemudian cahayanya yang terang itu menyelimuti tubuhku seutuhnya. Cahaya itu kemudian masuk dan membungkus jiwaku dan seketika itu juga tubuhku penuh dengan tenaga dan cahaya. Aku pun bangkit dan aku berdiri. Cahaya itu memberikanku harapan yang baru. Cahaya itu menjadi lampu bagi kedua bola mataku. Kini aku yakin lagi untuk menantang hidup di esok pagi. Aku siap untuk menantang pagi, kembali bergulat bersama mentari

Ketenangan Senja

Posted by : Unknown
Date :Kamis, 14 Maret 2013
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲