Newest Post

Christmas Story #6 (It's a Gift)

| Selasa, 20 Desember 2011
Baca selengkapnya »
Hari ini aku bermaksud melepaskan penatku dengan berjalan kaki. Aku melangkahkan kakiku ke mana saja ia suka. Mereka membawaku ke rumah teman lamaku. Dia masih di sini. Aku pun mengetuk pintu rumahnya. Rupa dia tak banyak berubah hanya saja dulu waktu kecil dia kulitnya putih, sekarang kemerah-merahan karena diterpa sinar mentari. Tingginya sekarang setinggi aku tapi tetap ada jarak beberapa senti denganku. Kelihatannya dia baru beres melakukan sesuatu. Dia sekarang telah menjadi seorang guru SD. Sebenarnya dia seangkatan denganku namun dia melewatkan kesempatan untuk kuliah hingga akhirnya dia mendapatkan panggilan untuk bekerja menjadi seorang guru. Dulu setelah lulus, dia kerja di Tanggerang, sebulan kemudian dia kembali lagi ke Bandung karena sudah tidak tahan. Sekarang dia menjadi seorang guru SD Makedonia.


Setelah itu seperti biasa kami pun bermain. Kali ini bermain PS 3. Biasanya bermain PS 2 atau PS 1, namun karena sudah bukan zamannya kami bermain PS 3. Sudah lama kami tak bermain dan itu terlihat dari permainan kami terlihat sangat kaku dan lama sekali dalam mulai bermain. Selebihnya kami bermain seperti dulu waktu masih kecil namun kali ini berbeda karena masing-masing dari kami telah menempuh jalan yang benar-benar berbeda. Dulu aku dan dia selalu berjalan beriringan. Laksana bulan dan bumi, laksana sepasang sepatu, laksana  tubuh dan jiwanya. Bahkan pernah ada yang mengira kalau kami adalah saudara kembar karena kami dulu sangat kompak bahkan biang keladi dari semua masalah juga. Hmm, masa lalu yang indah.

Dulu taman persahabatan kami begitu indah dan terawat. Setelah lulus SD, kami berpisah. Aku pergi ke pusat kota untuk belajar dan dia tetap di sana karena keuangannya tak mencukupi namun kami masih tetap beriringan dalam melangkahi hidup dan hari-hari sampai kami SMA, semuanya berubah. Taman persahabatan kami yang dulu selalu ramai walau tak sesering waktu SD kini terlihat sepi, tak terawat dan bahkan seperti ditinggalkan. Baru kali ini aku berjumpa lagi dengannya dan kini kami sepakat untuk tetap melanjutkan persahabatan yang pernah kami pupuk sejak kecil.

Sore itu selepas bermain, kami pun mulai memperbincangkan banyak hal. Banyak yang kami bicarakan, namun ada satu kisah tentang dirinya yang membuatku berpikir. Dia lulus SMA dan tentunya belum mendapatkan gelar apapun, namun dia boleh bekerja di sana bahkan hari ini dia mendapat THR padahal gelar belum ada, kerja juga baru beberapa bulan. Tapi satu kalimat yang dia katakan, bahwa itu semua adalah kemurahan. That's a gift from God. Dia juga bilang untuk melakukan pay it forward. Meneruskan kebaikan Tuhan pada yang lainnya yang membutuhkan.

Generosity. Itu juga makna Natal yang aku pelajari hari ini. Tuhan itu memberikan kemurahan pada umat manusia, human kind. A gift. The gift is safety. Keselamatan. Lihatlah pada teman lamaku ini. Tuhan begitu peduli pada kita. Tidak hanya pada hal remeh seperti uang, tapi dia dengan rela memberi kita keselamatan supaya kita bisa hidup bersama Tuhan sampai kekekalan.

Makna Natal hari ini Kemurahan

Christmas Story #6 (It's a Gift)

Posted by : Unknown
Date :Selasa, 20 Desember 2011
With 0komentar

Mempertanyakan Masa Depan

| Sabtu, 17 Desember 2011
Baca selengkapnya »

Intermezzo, trims ya buat teman-teman yang kemarin malam aku sms tentang masa depan. Aku bisa belajar banyak dari kalian dan kini aku mengerti tentang masa depan. terima kasih ya. Sori agak aneh pertanyaannya


Jumat, 16 Desember 2011. Sambil berlindung di bawah selimut yang hangat karena udara dingin di malam hari, aku menerawang ke langit-langit tentang masa depan. Ya, masa depanku sendiri. Dulu waktu aku masih SMP, aku pernah bercita-cita masuk PTN impian dan aku sebutin juga mau masuk fakultas mana dan pada hari ini semua cita-cita sudah terbukti semua lengkap dengan apa yang pernah aku mimpikan waktu aku masih SMP. Namun setelah semuanya itu apa? Sambil terus bertanya-tanya tentang masa depan, aku mencoba menanyakannya pada teman-temanku, yang pertama “Pernah gak memikirikan masa depan?” dan kedua “Apa yang kau pikirkan di masa depan?”
            Aku bikin sms dan langsung mengirim ke teman-temanku, baik yang agamanya Kristen maupun Islam. Aku sengaja mengirim ke semuanya kecuali pada temen-temenku yang rohaninya lebih dari aku dan aku sengaja tak mengirimnya ke pembimbing rohani maupun mentorku (kalo mentorku ato pembimbingku baca ini, maaf ya) karena aku ingin melihat dari kacamata lain tentang masa depan. Kebetulan lagi dapat sms gratisan jadi ya sudah aku kirim ke semua toh gratis ini. Sesaat setelah ku send all dan sambil terus memikirkan masa depan yang masih misteri, satu persatu terdapat sms balasanmasuk.
            Berikut adalah balasan dari sebagian besar teman-teman yang aku kirimi sms. Ada yang hanya menjawab pernah memikirkannya tapi tak mau berbagi apa yang dia pikirkan. Ada juga yang membalas kalau di masa depan dia ingin mendapatkan properti yang menunjang dia untuk berkarya, ada juga yang ingin menikah dengan orang yang diharapkan, punya kerjaan, punya anak dan anaknya sukses, bisa sukses, liburan ke luar negeri, memiliki kehidupan yang lebih baik, jadi orang yang berhasil sesuai cita-cita, menjadi seorang yang expert dalam bidang yang dia tekuni, punya usaha yang dia bentuk sendiri, punya yayasan yang berjuang di pendidikan dan kesehatan di pelosok-pelosok, membahagiakan kedua orang tua, terus ada juga yang jawabannya masuk surga trus yang lebih ngaco adalah jadi gede ( apa maksudnya ).
            Mendapat jawaban-jawaban itu, seperti tidak membuka pertanyaan yang aku sampaikan. Entahlah, aku sedang berada kebingungan tingkat 7. Benar-benar dibuat bingung dengan pertanyaan yang kubuat sendiri. Sambil mengerutkan dahi, muncul sms lainnya. Jawabannya ini sungguh menarik bagiku yaitu ada dua menjadi apa yang Tuhan mau dan tidak pernah mempertanyakan masa depan. Aku bingung dengan jawaban temanku yang kedua ini. Aku pun mengirim sms lagi ke temanku ini.
“Berarti apapun yang terjadi kau anggap itu adalah yang terbaik dari Tuhan?” beberapa saat kemudian muncul balasannya
“Joe, dulu aku pernah mempertanyakannya pada Tuhan,namun sejak Tuhan tempatin aku di Kriminologi aku tidak mempertanyakannya lagi karena aku tahu semua yang Tuhan berikan itu pasti terbaik dan aku percaya pada-Nya“
Sampai di situ aku mengerti tapi masih ada yang satu hal yang mengganjal di benakku. Lalu aku mencoba menanyakannya lagi pada temanku yang satu lagi. Kemudian terjadilah diskusi.
“ Tapi aku masih bingung soal masa depan
“ Kita jalani saja seadanya bersama dengan JC”
“ Tapi kalau biasa saja, aku merasa tidak hidup. Aku gak mau hidup apa adanya.Aku pengin kehidupan yang penuh dengan tantangan sehingga aku dapat menikmatinya.”
“ Ya gimana Tuhan yang atur, jangan terlalu mengharapkan mendapatkan tantangan karena nanti kamu repot sendiri “
“ Tapi hidup tanpa tantangan kan artinya tidak hidup?”
“ Iya aku tahu tapi janganlah terlalu mengharapkan tantangankarena dari waktu ke waktu tantangan akan semakin sulit dan kamu akhirnya tak dapat menikmatinya. Jadi biarkan tantangan itu yang datang sendiri. Kau mengertikan maksudhku.”
“ Iya aku mengerti makasih ya.”
“ Iya sama-sama. Tantangan itu semakin lama semakin berat dan ujian yang kita hadapi mungkin akan membuat kita down dan tak sanggup lagi menyelesaikannya.”
“ Oleh karena itu kita perlu selalu beserta dengan Tuhan kan biar kita bisa menumbangkan ‘ Goliat-Goliat’ dalam kehidupan kita. Betul?”
“ Ya betul, hanya Tuhanlah kekuatan kita.”
Aku pun tersenyum setelah berdiskusi. Entah mengapa tiba-tiba aku ingat satu ayat dari Amsal 23 :18 “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. ‘ Ayat itu dulu memberikanku kekuatan untuk terus berharap pada Tuhan ketika mau masuk PTN impian. Aku telah belajar percaya, dan aku mau percaya lebih lagi pada Tuhan. Aku mau serahkan hidupku untuk Dia karena Dia telah tahu akan jadi apa aku di depan.
            Sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Mariah Carrey dan Whitney Houstonsebagai soundtrack film Prince of Egypt, berputar kembali di telingaku dan aku dulu hafal lirik dan lekukannya. Inilah liriknya


Many nights we've prayed
With no proof anyone could hear
In our hearts a hopeful song
We barely understood
Now we are not afraid
Although we know there's much to fear
We were moving mountains long
Before we knew we could

There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe

In this time of fear
When prayers so often prove(s) in vain
Hope seems like the summer birds
Too swiftly flown away
Yet now I'm standing here
My heart's so full I can't explain
Seeking faith and speaking words
I never thought I'd say

There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe

They don't (always happen) when you ask
(Oh)
And it's easy to give in to your fears
(Oh...Ohhhh)
But when you're blinded by your pain
Can't see your way straight throught the rain
(A small but )still resilient voice
Says (hope is very near)
(Ohhh)

There can be miracles
(Miracles)
When you believe
(Lord, when you believe)
Though hope is frail
(Though hope is frail)
It's hard to kill
(Hard to kill, Ohhh)
Who knows what miracles,you can achieve
When you believe, somehow you will(somehow,somehow, somehow)
somehow you will
You will when you believe

You will when you
You will when you believe
Just believe...in your heart
Just believe
You will when you believe~


            Aku percaya bahwa Tuhan takkan mengecewakan orang yang percaya pada-Nya dan aku yakin ketika aku percaya, maka apa yang aku percayai itu yang aku imani akan terjadi.

Mempertanyakan Masa Depan

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 17 Desember 2011
With 0komentar
Tag :

Christmas Story #5 (Christmas is Coming!)

| Sabtu, 10 Desember 2011
Baca selengkapnya »
Wah tidak terasa sudah bulan Desember lagi ya. Serasa baru kemarin merayakan tahun baru, trus baru lulus SMA trus baru diterima di universitas harapan eh sekarang sudah masuk ke bulan Desember lagi, Natalan lagi. Rumah sudah dicat lagi warna putih, pohon natal dikeluarin lagi dari gudang dan dipasang lagi ditengah ruangan. Pernak-pernik Natal kembali dipakai kaya topi dwarf, tongkat manisan, dan lampu kelap-kelip. Seluruh pusat belanja dari yang mini mart sampe supermarket menaburkan hiasan-hiasan Natal, bahkan Santa Claus pun muncul. Seakan-seakan di bulan Desember ini semua orang mengganti agamanya menjadi Kristen. Lucu ya? Yang ngerayaain siapa yang repot siapa? Tapi itulah keunikan Natal yang aku dapat.

Hmm, bicara tentang Natal apa yang ada dipikiran kalian kalo ditanya apa sih Natal itu? Mungkin kita punya beberapa jawaban seperti ini:
1. Kelahiran Tuhan Yesus
2. Kedamaian yang turun atas bumi
3. Saatnya untuk berbagi kasih
4. Satu hari untuk bahagia
dan lainnya

Sebenarnya itu semua tidak salah, namun esensi Natal itu sendiri apa ya? Sambil menulis blog ini aku buka-buka kembali memori dalam ingatanku tentang Natal yang sudah aku lalui. Dulu waktu aku masih kecil pasti setiap Natal selalu dapat hadiah. Entah dari orang tuaku atau dari gereja dimana dulu aku bernaung. Hadiah yang kudapat pasti sesuai dengan keinginanku. Aku selalu didongengkan tentang orangtua baik hati yang selalu memberi hadiah di malam natal, tapi aku tidak percaya karena di cerita itu orang tua itu yang disebut Santa Claus hanya masuk ke cerobong asap.. Kemudian beranjak besar, aku sudah tidak terlalu sering dapat kado, kecuali kalau ada tukeran kado. Sampai aku tahu sebenarnya ada satu kado yang sangat khusus buatku yang sebenarnya sudah lama diberikan padaku namun aku baru menyadarinya dua tahun lalu.

SAFETY IS GIFT
Keselamtan itu Hadiah

Yoh 3 : 16 - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.

Ya keselamatan itulah hadiah terbesar bagiku. Tuhan Yesus telah membawaku keluar dari kegelapan. untuk menyelamatkanku dari kebinasaan. Ia memberikan hadiah itu tanpa memintaku tukeran kado seperti yang aku lakukan bersama teman-temanku. Yang Ia minta hanya bagikan keselamtan itu pada teman-temanku supaya teman-temaku boleh merasakan dan menjadi bagian terbesar dalam hidup mereka bahwa Yesuslah Juru selamat.

OK teman-teman sebelum aku mengucapkan buat semuanya, Selamat Hari Merdeka!! Eh.... maksudnya Selamat Hari Natal
Feliz Navidad
Shallom Allaeheim!

Christmas Story #5 (Christmas is Coming!)

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 10 Desember 2011
With 0komentar

Christmas Story #4 (Ketika Buang Angin itu Lebih Berharga dari Emas)

| Minggu, 04 Desember 2011
Baca selengkapnya »
Ga salah ya tuh judulnya? "Ketika Buang Angin itu Lebih Berharga dari Emas".? Emang bener itu judulnya dan memang kamu ga salah baca. Just for information pepatah lama mengatakan bahwa sesuatu disebut berharga ketika kita merasa kehilangan. Kali ini aku mau cerita tentang temanku yang merasa kehilangan cara untuk buang gas. Hehehe

Masih ingat dengan Azer teman baikku itu? Kalo udah lupa-lupa inget coba deh buka Facebook dan coba cari di notes dengan judul Dialah Dia yang ditulis oleh Jonathan White Seraphim yang tidak lain adalah diriku. Ahahahay...Jadi sejak hari Senin yang lalu eh bukan Minggu lalu jam 5 sore, Azer masuk rumah sakit karena dia akan dioperasi untuk diangkat usus buntunya karena ada makanan yang masuk ke situ dan harus diangkat. Lagipula gak boleh terlalu lama sebelum pecah. Setelah sampai di sana, dia diharuskan berpuasa mulai jam 12 malam supaya proses operasinya berjalan dengan lancar. Keesokan harinya sekitar jam 10.00 pagi dia pun dioperasi. Proses operasinya pun berjalan dengan baik dan dalam waktu kurang dari setengah jam operasinya pun beres. Hmm sampai di sini ceritanya tidak terlalu menarik ya tapi tunggu. Baca paragraf berikutnya.

Sekitar jam 5 sore aku dan teman-teman gereja bermaksud menjenguk Azer. Saat itu udara dingin dan hujan mulai datang bergerombolan. Kalau hujan datangnya sendiri-sendiri sih gak masalah, tapi ini datangnya bergerombolan dan agak males juga tapi demi nama persahabatan jabanin aja deh. Sebelum pergi beli buah-buahan dan terutama susu sapi cokelat yang full cream karena orang yang habis operasi pasti lemes banget badannya. Niatnya mau beli kurma tapi lagi gak lebaran jadi beli yang lain.

Setelah sampai rumah sakit, kami pun segera berjalan menyusuri gedung-gedung hanya untuk mencari mencari gedung tempat Azer dirawat. Setelah berjalan cukup lama kami sampai di ruangan tempat Azer dirawat. Aku lihat badan dia lemes banget. Jelaslah dia lemes habis puasa gitu lho  Terus aku lihat dia hanya minum air satu sendok makan saja. Kemudian aku berikan bingkisan yang aku bawa. Ketika aku bertanya kenapa hanya minum air satu sendok, rupanya dia belum boleh makan sampai dia buang angin. Aku dan teman-temanku kaget dan tertawa terbahak-bahak mendengar kalau Azer belum buang angin. Aku lebih ketawa lagi saat dia bilang kalau dia sampai berdoa supaya bisa buang angin. Saat itu juga aku tertawa bersama yang lain. Dia juga malah menyesal telah mengata-ngatain temanku yang suka buang angin sembarangan. Dia bilang memang buang angin itu suatu anugerah yang besar. SBY deh. Sesuatu banget ya. Artinya dia sudah sekitar 19 jam belum makan. Kasihan juga sahabatku ini, tapi itulah yang terjadi. Ternyata buang angin bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga setelah operasi. Hahaa...

Christmas Story #4 (Ketika Buang Angin itu Lebih Berharga dari Emas)

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 04 Desember 2011
With 0komentar

Christmas Story #3

| Sabtu, 03 Desember 2011
Baca selengkapnya »
Di hari Sabtu pagi aku bangun dalam keadaan kebingungan. Ketika aku melihat jam, jam menunjukkan bahwa sekarang jam 10 pagi. Aku ada janji dengan seorang teman jam 11 siang. Dia adalah teman lamaku. Rencananya hari ini dia akan menunjukkan padaku rumahnya. Kami telah berjanji akan bertemu di sebuah department store. "Jam 11 tepat ok!" ucapnya di telepon kemarin sore. Aku mengangguk saja.

Kemudian aku segera bergegas mempersiapkan diriku dengan mandi dan makan. Semuanya 15 menit dan jam menunjukkan 10.15 am. Aku berpikir masih ada waktu untuk ke sana karena jaraknya cukup dekat tapi dekat disini relatif. Kemudian aku keluarkan motorku dan aku segera berangkat tepat pukul 10.20 am Setelah keluar dari jalan komplek, aku masuk ke jalan raya. Baru sedikit berjalan ternyata jalanan itu macet tapi bukan masalah buatku karena aku masih bisa nyelip dan nyempil diantara mobil-mobil besar. Namun ketika aku coba menyalip mobil yang ada di depanku, hampir saja aku menabrak seorang pejalan kaki. Untung saja tak kenapa-kenapa. Lalu keadaan pun semakin gawat karena jalanan jadi benar-benar macet total. Aku sudah tak berkutik lagi. Aku melirik jam tanganku dan di situ menunjukkan jam 10.45 am. Aku kuatir tak bisa melanjutkan perjalananku.  Kendaraan pun bergerak sedikit demi sedikit. Aku lalu memutuskan untuk memarkirkan motorku di sebuah restoran dan melanjutkan perjalananku dengan berjalan kaki. Jam menunjukkan 10.55 am. Ketika aku memarkirkan motor di restoran yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari departement store yang akan aku tuju tiba-tiba aku melihat dari gedung itu seperti kepulan asap dan bunyi ledakan yang sangat memekakan telinga. Rupanya di sana ada bomb yang dipasang oleh terorist. Aku yang tadi kesal karena akan telat dan bergumam dalam hati menjadi benar-benar menyesal dan bersyukur pada Tuhan karena kejadian itu. Kemudian aku ingat untuk menelepon temanku untuk memastikan apakah dia selamat. Rupanya dia juga selamat karena terhalang macet. Dia bilang ini padaku

"Kita benar-benar diselamatkan oleh Tuhan, Bob. Coba kalau tadi kita ada di sana mungkin itu adalah pertemuan terakhir kita Bob. Kita harus benar-benar bersyukur."

Aku mengangguk sambil mengucap syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan. Inilah makna Natal bagiku. Keselamatan yang gratis

Christmas Story #3

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 03 Desember 2011
With 0komentar

Christmas Story #2

| Jumat, 02 Desember 2011
Baca selengkapnya »
Saat itu hari Rabu pagi, tanggal 24 Desember 2009 aku sedang beres-beres rumah untuk persiapan Natal nanti malam. Ketika aku hendak membuang brangkal ke tempat sampah, aku lihat di sana ada sebuah buku catatan kecil. Kemudian aku ambil buku itu. Buku itu terlihat sudah tua namun sangat terawat. Di sampulnya ada tulisan dari tinta emas yang bertuliskan "Rio, Penulis Jalanan". Hmm, siapa ya dia batinku berkata. Ketika ku buka sampulnya di halaman pertama aku lihat tulisan lain yang bertuliskan "Ketika Sebuah Kehidupan Dimulai Dengan Sebuah Tulisan". Aku semakin penasaran. Kemudian aku tinggalkan brangkal itu dan aku kemudian duduk di teras rumahku dan aku mulai membaca buku catatan itu.

Senin, 12 Desember 2001, di sore hari yang kelambu, di antara dua buah pohon Willow dua sosok duduk bernaung di bawahnya. Mereka membuat semacam tenda untuk berteduh hari ini. Mereka terlihat lelah setelah berusaha menaklukan Yogyakarta, namun mereka seperti tak mendapatkan hasil sedikit pun. Wajah mereka yang kotor karena debu dan asap knalpot. Sedikit pun senyum tak tersungging di wajah mereka. Pakaiannya kotor dan kulitnya terbakar karena berlari-lari di bawah terik matahari mengejar nasib yang meninggalkan mereka.

Selasa, 13 Desember 2001, di siang hari yang terik aku kembali melihat mereka yang kemarin duduk di bawah pohon willow; Mereka menggelar barang dagangan mereka. Mereka berteriak-teriak untuk mendapat perhatian dari orang yang berlalu lalang di jalanan. Walaupun mereka sudah berteriak namun orang-orang terus saja berjalan seakan-akan mereka tidak melihat ada orang di pinggir jalanan. Mobil-mobil yang berlalu lalang mengepulkan asap kendaraan ke arah mereka. Sirine berbunyi. Para petugas melakukan razia pkl. Kedua sosok itu pun bergegas pergi agar mereka tak ditangkap para petugas. Para penjual lainnya ada yang ditangkap paksa, ada yang dilecehkan dengan kata-kata, ada yang dipukul dengan tongkat hingga tongkatnya patah. Kedua sosok itu berhasil pergi dengan sembunyi-sembunyi ke bawah jembatan dan berdiam di sana sampai para petugas itu pergi.

Rabu, 14 Desember 2001, pagi itu aku berhasil menemui mereka. Mereka masih di bawah jembatan tempat kemarin mereka bersembunyi. Aku berkenalan dengan mereka. Yang tinggi kurus berwajah satir, dan terlihat seperti kurang gizi, umur sekitar 20 tahun bernama Doni dan yang pendek gembul, wajah baby face, rambut di cukur habis umur sekitar 20 tahun bernama Ali. Mereka memang asli Yogyakarta. Mereka dulu tinggal di daerah pedesaan yang dekat dengan hutan. Di sana seluruh warga desa hidup dari hutan tersebut. Hutannya masih terjaga hingga suatu hari perusahaan swasta yang dibarengi dengan perusahaan negara mengusir warga desa tersebut untuk membangun semacam hotel dan jalan raya. Ali dan Doni terpisah dari keluarganya dan mereka bekerja serabutan untuk menghidupi kehidupan mereka. Masih banyak lagi yang mereka kisahkan namun mereka sepertinya tak merasa nyaman oleh sebab itu aku mengajak mereka ke rumah keesokan harinya.

Kamis, 15 Desember 2001, pagi-pagi sekali aku bangun untuk menemui mereka di jembatan kemarin kami bertemu dan aku dapati mereka masih di sana. Kemudian aku mengajak mereka untuk ke rumahku, namun mereka menolak dengan halus malah mereka mengajakku ke suatu tempat yang aku sendiri belum penah kunjungi. Mereka membawaku berjalan menyusuri pinggiran kota. Diujung jalan sana ada jalan setapak. Aku dibawa mereka ke sana dan kupikir sudah sampai tapi ternyata belum. Kami melewati kaki gunung lalu berkelak-kelok sambil menyusuri sungai. Dari hilir sampai ke hulu. Kemudian dari jauh aku melihat seperti sebuah perkampungan. Kumuh tepatnya. Kami pun masuk ke dalam perkampungan itu. Di dalam sana aku melihat ada kakek-kakek, nenek-nenek, yang duduk di pinggiran rumah. Lalu aku melihat ibu-ibu yang berkumpul sedang mengerjakan sesuatu. Anak-anak kecil bermain dan berlari keluar masuk hutan. Ketika aku menanyakan siapa mereka, Aldi dan Doni memberikanku jawaban yang sangat mengejutkan ternyata penduduk yang aku lihat itu adalah penduduk yang kemarin diceritakan oleh mereka. Lalu aku bertanya pada mereka apa yang bisa aku bantu dan jawaban mereka sederhana sekali. Tolong jangan usik kami lagi. Aku pun terbengong-bengong mendengar jawabannya.

Jumat 15 Desember 2001 siang hari aku pergi ke tempat yang waktu itu pernah ditunjukkan oleh Aldi dan Doni padaku sambil membawa seorang teman yang cukup aku percayai. Ketika kami sampai di tempat itu aku melihat Aldi, Doni dan beberapa warga sedang berkemas. Sepertinya mereka hendak pergi. Ketika kutanyakan apa yang akan mereka lakukan, ternyata mereka mau pindah dari tempat itu ke tempat lain/ Menurut mereka tempat mereka bersembunyi sudah tidak aman dari binatang buas lagi. Pedih rasanya hatiku melihat itu semua...

Tulisan itu pun berakhir di situ. Aku tak menemukan tulisan lagi di belakangnya. Yang aku lihat hanyalah seperti sebuah sobekan. Aku merenungkan apa yang ditulis oleh Rio pada masa itu. Dia membuka mataku untuk peduli pada sesama bahkan pada mereka yang benar-benar membutuhkan. Aku yakin di lembaran berikutnya Rio pasti bercerita bagaimana ia menolong Aldi, Doni dan warga yang digusur itu untuk bertahan hidup. Aku pun jadi ingat, sesungguh itulah makna Natal yang seharusnya aku pahami sejak awal yaitu saling berbagi.

Christmas Story #2

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 02 Desember 2011
With 0komentar

Christmas Story #1 (Uang Seribu Rupiah dan Seratus Ribu Rupiah)

| Rabu, 30 November 2011
Baca selengkapnya »
Dikisahkan di Bank Indonesia baru dibuat lembaran uang baru yaitu uang pecahan seribu dan seratus ribu. Suatu ketika sebelum uang itu disebarluaskan, uang seratus ribu dan uang seribu bercakap-cakap satu dengan yang lainnya tentang kejadian yang akan mereka alami.

Uang seratus ribu : "Hai seribu! Tak lama lagi kita akan melihat dunia luar ya!'
Uang seribu :" Ya tak lama lagi kita akan melihat dunia luar. Apa yang akan kau lakukan nanti seratus ribu?"
Uang seratus ribu : "Hmm aku harap nanti ketika sudah waktunya kita diedarkan aku ingin masuk ke dalam sebuah dompet yang cantik yang nantinya akan tetap menjaga keindahan dan kemulusan bentuk dari badanku ini. Nah bagaimana denganmu seribu? Apa yang kau impikan?"
Uang seribu : "Kalau aku sih berharap supaya aku bisa membahagiakan orang lain. Itu saja yang ingin aku lakukan nanti."
Uang seratus ribu :"Bukan maksudku untuk mengecilkanmu tapi bagaimana mungkin kau bisa melakukannya? Kau hanya seribu rupiah sedangkan aku seratus ribu. Tentunya orang akan lebih bahagia mendapatkan aku ketimbang mendapatkanmu. Kau ini ada-ada saja."
Uang seribu : "Aku pasti bisa membahagiakan orang yang mendapatkan diriku. "
Uang seratus ribu : "Baiklah kalau begitu. Kita pasti akan bertemu lagi nah saat kita bertemu ayo kita ceritakan kegiatan yang sudah kita lakukan. Kau mau?"
Uang seribu : "Baik! Nanti kita berbagi ok."

Kemudian kedua uang itu pun berpisah dan masing-masing mendapatkan yang mereka impikan. Uang seratus ribu masuk ke dalam dompet seorang wanita cantik yang sudah penuh dengan uang sehingga uang itu didesakkan begitu saja dan ada bagian tubuhnya yang terlipat-lipat. Selain itu ternyata di dalam dompet wanita cantik itu uang seratus ribu mendapati suasananya sangat tidak menyenangkan. Banyak uang-uang lainnya yang terlihat sombong.

Lain halnya dengan uang seribu. Ia masuk dalam kantong seorang petani tua. Kemudian uang itu pindah tangan pada seorang anak kecil yang senang sekali menerimanya dan pindah lagi ke tangan seorang pengemis. Tubuh uang seribu itu juga lecek dan terlipat-lipat sama seperti uang seratus ribu temannya, tapi ia merasa bahagia ketika ia melihat yang menerimanya tersenyum bahagia.

3 bulan kemudian uang seribu dan seratus ribu kembali bertemu di tempat yang sama. Mereka pun saling berbagi cerita.
Uang seratus ribu :"Seribu, kau tau ternyata dunia tak seperti yang kubayangkan selama ini. Sungguh sangat menyakitkan. Aku memang masuk ke dalam dompet cantik namun aku terdesak-desak di dalam dompet itu karena sudah penuh dengan uang dan aku merasa diasingkan karena kebanyakan uang yang di dalam dompet itu uang dollar yang tampangnya sangat sombong. Aku pun berakhir di meja kasir dengan keadaan lecek tak terawat. Bagaimana perjalananmu? Aku yakin kau juga sama tak bahagia seperti aku."
Uang seribu : " Oh kau salah sangka seratus ribu. Aku justru bahagia."
Uang seratus ribu : " Hah?! Bagaimana mungkin. Lihat badanmu lecek dan kucel namun kau bahagia? Memang apa yang terjadi?"
Uang seribu : "Setelah kita berpisah, aku bertemu dengan seorang petani miskin. Kemudian aku diberikan oleh petani itu kepada anaknya dan anaknya itu sangat senang sekali menerima aku. Kemudian anak itu membawaku jalan-jalan. Di tengah jalan ia menjumpai pengemis dan dia memberikan aku kepada pengemis itu dan pengemis itu menerima dengan sukacita. Kemudian pengemis itu membeli bahan makanan dan penjual yang menerima aku sangat senang karena akhirnya dia mendapat untung kemudian aku kembali di bawa ke bank untuk menjadi tabungannya. Melihat semua yang menerimaku tersenyum, sudah pasti aku bahagia karena telah membuat semuanya tersenyum."

Christmas Story #1 (Uang Seribu Rupiah dan Seratus Ribu Rupiah)

Posted by : Unknown
Date :Rabu, 30 November 2011
With 0komentar

WASPADALAH!!

| Jumat, 11 November 2011
Baca selengkapnya »

PROSES SEORANG KRISTEN JADI ORANG BERDOSA

1.       Dia berasal dari keluarga Kristen/Non-Kristen. Dia mengalami pertobatan yang sangat heroik dan menyerahkan dirinya untuk dipakai menjadi alat Tuhan. Kuasa Tuhan yang sangat hebat meliputi dia. Sampai di sini, Iblis belum berani.
2.       Dia dipakai oleh Tuhan dengan sangat hebat. Sangat berapi-api. Mengalami kasih mula-mula. Melakukan perubahan yang sangat heroik dan sungguh seperti dekat Tuhan. Iblis mempersiapkan senjata.
3.       Setahun dia alami hal yang sama. Ia merasa “nyaman” sehingga dia tidak lagi melihat sekelilingnya. Sekarang dia merasa bahwa pelayanannya padaTuhan, seperti suatu jadwal yang sudah diatur, bukan lagi suatu kerinduan kepada Tuhan. Kasih mula-mula mulai meredup. Api semangat dari Tuhan sudah hampir padam. Di sini Iblis menggunakan zona “nyaman”-nya untuk memadamkan semangatnya.
4.       Dia mengalami kebosanan. Dia mulai melupakan doa paginya dengan Tuhan karena alasan “Perfect Performance”. Dia mulai menghindari persekutuan karena dia pikir, persekutuan hanya menghambat “Perfect Performance”-nya. Sampai di sini, kuasa Tuhan mulai meninggalkan dirinya karena dia mulai meninggalkan hal-hal yang membuat dia bertobat. Iblis mengintip suatu celah masuk. Dia yang awalnya memberi kunci hatinya hanya pada Tuhan, karena kesibukan, ia berikan juga pada Iblis.
5.       Proses terakhir. Setelah ia tinggalkan kasih mula-mula itu,ia tinggalkan persekutuan sehingga tak punya pegangan karena ‘kesibukan’-nya. Dia mencoba cari ‘penenang’ dari dunia. Bukan berdoa kepada Tuhan. Dia mulai terjerumus dengan keasyikannya di dunia dan telah sama sekali tak ingat kapan dia bertobat. Yang dia ingat hanya kesenangan dunia. Iblis sudah ambil alih hatinya supaya terpaut pada hal-hal dunia. Tuhan sudah diusir keluar dari hatinya. Sungguh tahap yang menyedihkan.
6.       Dan, matilah apinya. Tak bisa dibakar lagi. Sudah tak ada gunanya. Sama seperti garam yang sudah tawar. Tak ada gunanya. Hatinya sudah terkunci dan hanya Iblis di dalamnya. Lalu dimuntahkan oleh Allah.


Jika kita mendapati diri kita seperti ini, sebaiknya kita segera berlari lagi kepada Tuhan. Raihlah tangan Tuhan selagi tangan-Nya masih terulur untuk kita. Sebelum terlambat.

WASPADALAH!!

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 11 November 2011
With 0komentar

DI ATAS JEMBATAN PASUPATI

| Rabu, 21 September 2011
Baca selengkapnya »

Sore itu pukul empat lewat tiga puluh menit
Seusai hujan mengguyur bumi
Selesai pula tugasku sore itu
Aku berlari kecil menemui motor tuaku
Menyambut tugas baru yang menantiku di luar sana
Kemudian aku pun meluncur ke jalanan

Jalanan becek bekas diguyur hujan
Menjadi pemandangan sore itu
Jalanan padat karena motor berdesak-desakkan
Menjadi pelengkap sore itu
Kupacu motorku merangkak ke atas Jembatan Pasupati

Setelah aku di Jembatan Pasupati
Aku meluncur di jalur kiri supaya aku dapat memandang ke bawahnya
Di sana aku lihat rumah-rumah
Bukan rumah-rumah gedongan
Melainkan hanya rumah-rumah biasa
Berserawutan di kaki Jembatan Pasupati

Tak kulihat adanya jalanan di antara rumah-rumah itu
Karena aku lihat rumah-rumah itu hampir menutupi semua lahan yang tersisa
Mereka sepertinya sudah tak peduli lagi
Asap-asap knalpot yang mengepul
Sampah-simpah yang keluar sisa hujan tadi sore
Air hujan yang membasahi bumi
Membuat perumahan itu terlihat kumuh

Rumah-rumah yang berdesak-desakan
Saling menyenggol satu sama lain
Di atas sini
Jembatan Pasupati yang panjang membentang
Namun di bawahnya perumahan yang kumuh
Seakan-akan mereka semua telah menjadi saksi bisu
Saksi bisu dari kemajuan bangsa ini
Saksi bisu tentang bangsaku

DI ATAS JEMBATAN PASUPATI

Posted by : Unknown
Date :Rabu, 21 September 2011
With 0komentar

Penjelajah Mimpi

| Rabu, 14 September 2011
Baca selengkapnya »
Kehidupanku penuh dengan tulisan yang memiliki arti
Penuh dengan eksperimental dan mimpi-mimpi
Tanpa mimpi-mimpi, sebenarnya aku kan mati
Petualangan mendebarkan dan menyenangkan
Pemandangan menakutkan dan eksotis
Itu semua kehidupanku

Tidur di atas jerami
Berselimutkan cinta dan kasih
Berbantalkan ketulusan
Beratapkan langit gelap
Ditemani cahaya rembulan
Ditemani para hewan
Demikianlah ketika aku tertidur

Makan asam dan manisnya kehidupan
Minum asin dan pedasnya perjalanan
Mencium wangi dan baunya pertemanan
Demikianlah kehidupanku

Penuh dengan mimpi
Mendaki puncak semangat
Terjun ke penindasan
Berenang dalam badai kecemasan
Menemukan sari pati hidup
Itulah mimpiku
Itulah tujuanku
Mencari arti sari pati hidup

Inilah aku sang penjelajah mimpi
Yang tak pernah berhenti bermimpi
Yang terus yakin akan mimpi
Dan tak pernah muak akan mimpi

Penjelajah Mimpi

Posted by : Unknown
Date :Rabu, 14 September 2011
With 0komentar

A Letter To Old Friend

| Sabtu, 10 September 2011
Baca selengkapnya »

Hello Nick, I write this letter to remind us about our activity in our last met and I will retell my life. I will start from when I born.
       
 Do you still remember my firs home? It was small but I loved it. It had two small bedrooms, a family room, a guest room when at night became a garage, a small bathroom and a kitchen. Its floor was made by cement. It was warm when nights came and cool when afternoon.
 My first friend at there was Septiani Ayu. I always called her Ayu. She had a curly hair. She was thin. Her house was next to my house. We were like best friends.
Do you still remember where we meet each other? That place was  a fact for us when we met together and be best friend with the other old friend, Fandy that we called Asun. The other church that I had Sunday School was at GBI Maleber in Maleber Barat. When I was too young, do you know Nick? In Christmas Day, our teacher in Nazareth Pantekosta Church always led us for played drama or sang a song. It was so fun.
            In Nazareth Pantekosta Church, we always called Trio Badunk and we always together in every time. We always got a present in Christmas time. I always thought that we would be together


In kindergarten I had new friend. His name was Aris and the other one is Graddy. Do you know Nick, Aris was from Solo and Graddy, I didn’t know about him. My friend at there not only Graddy and Aris that we have known. If I am not wrong, my friends were I Ketut from Bali, Aan, Teguh, and I forgot a lot about my old friend Nick.

After I was 7 years old, I went to Advent Elementary School. At that place we met again after we met at church. In Advent, the religion is Advent and they are worship in Saturday. Aris and Graddy went to Advent to. So we could know each other more complete. Do you still remember Nick, that your first times know Aris and his hobby? I felt happy.
At Advent it was s different with my house place. Most of the people in Advent were Batak Maybe I was only the Javanese alone, except Aris and Graddy that I knew that they were different too like me.

 
My teacher in the first grade was Mrs. Tambunan. She was kind and she had son that his son had sick which he felt like children but his age was 23 years old. He studied at SLB. He called as Okky.
I had a lot of friend since I went to Advent at first time. They were Lucas, Hans, Lucky, Julio, David, James, Adrian, Agung, Anggi, Darien, Madeline, Cassandra, Triple Gossip Queen, Michelle, Rosdiana, Frischa, and then Gladys, Yosua, and some of them like Yohana, Evie, and Lita, I didn’t know them very much. My best friend was you, Nick.

After several times, I knew the habbit of several my friends in the school. Some of them, especially boys in my class love to play football. After the bell school rang, we liked to play football before came back to home. We had a schedule for play football. I always got wing back position or sometimes wing forward position. But, Lucas, and Julio, didn’t like to play football. I didn’t why, but I thought might be he wanted to play some brain sport.
After played football, I went to my church in Maleber to have extra lesson. Friends at there were Kris, Chandra, Frans, Bayu, Reza, Petra, Lia, and Juwita. My tutor in my class was Ms. Devi or sometimes Mr. Agie. They were single. Condition of GBI Maleber was small and narrow. It was beside village. It had piano, keyboard and two guitars for worship.
            Nick, at the second grade, do you know, I had the other best friend. I liked to add friends because, I knew I would be need them when I grown up. His name was Patrick. He was cleverer than you and me. He loved playing football too. I like to make friendship with him. He always tutored me if some subjects in my school were hard for me. But, when the last test at third part, he went to Abdurachman and he had to move his school. I couldn’t make a little party to remember our friendship.
            When I was at the third grade, I chose to study at English course for add my ability in spoke English. So, I had more friends again. I thought that I was a kind boy, but in my English course, I was not to more close to tell about my own life to them. Every time, if the Course was end, I always saw a traffic jam in front of the building, because it was near railway road and at five o’clock in P.M. the train always came and stop at the station near the street. So, there always happened traffic jam.
            Nick, I still remember when at the fourth grade, our class had to mourn when Lucky’s mother was gone for every time. I mean she was rest in peace. I shocked because, you know what I mean surely. So I don’t must tell you about it. But I saw Lucky never cry for along time. He could walk his life.


Do you know our teacher when we were at the third and the fourth grade. Our teacher was the same teacher. His name, if I don't forget is Mr. Hutagalung. He had bald at fore head and he was fat. I think he become old. He was funny wasn’t he Nick? He always had a lot of jokes or anecdote for us and that was why we never board in his class. I wanted to be student in Elementary School again because, it has a funny world.

Okay Nick, if you want to know how I feel when I worshiped in two churches every Sunday. First time we were together in the same church and in that church, I mean at Nazareth Pantekosta, we always had a happy time with that activity. Every Christmas, we played drama with our friend, Asun. We got a main player. Every Easter, our church invited us to stay at villa for two or three days and it was free. We did for about ten years.
            In the other church, GBI Maleber I followed PPA’s program. At there, I had an interesting time. Sometimes I got new friends at there like Natanael. He was a closed person. I liked to add friends. You have known about that right?
            If I am not wrong, at New Year’s Eve we always had party at Mr. Birkin right Nick? He had a big house, if I am not wrong. He had two children right? Our church had party at Mr. Birkin’s house for little religion and had dinner at there.
            In the other place, in GBI Maleber, it had religion for Christmas and New Year’s Eve. New Year’s Eve at there was at midnight and all of people pray for two hours for their next life in the New Year.
Do you still remember Carlos, Nick? He moved to our school when we were at the fourth grade. He was rich, and maybe the richest in our school. Although he was rich, he didn’t boast. He always allowed his friends to come to his house especially me. Hehehe…
            After several times, finally I went up to the last class. Yes, the sixth grade was a night mare for me. Because it was between life and death of me. I studied hard for passed The Last National Exam. But I was not to very confuse and it was beginning.
            After the exam days finished, I had a holiday for refreshing. The school held the refreshing event. We went to DUFAN for refreshing. I felt very happy. Nick, I ever lost in DUFAN. I was confused because that was first time I went to DUFAN. But how lucky I was, because I could meet another group from my school so I could follow them while I looked for my group. I had fun and a good time at there. I explored all of the place at DUFAN. At evening, we went to the beach in Ancol. We had a dinner and came back to Bandung.
            Oh Nick, after that time, we got our report and I was happy because I got good mark. I showed my own mark to my parents and then my parents gave me the first hand phone that you have known. 
Hmm… I went to BPK Penabur Christian Junior High School Fifth. That meant we separated for three years. I was sad, but I knew, we could meet each other like now. Do you know Nick, at junior high school, I tried to be captain of the class, but I couldn’t be the captain. But I was in surprised when I was chosen to be the council organizer. I was the organizer of Scout part. My friend who worked in the same part with me in council was Laurentia. Her name was longer than I thought. Do you know the long name of Carlos? Her name was longer than Carlos’ name. If Carlos name was Carlos Kolano Daniel Putra Dua Padang, her name was Laurentia Dyah Vita Viralia Permata Sari. Ugh, that was the longest name I knew.
            Her skin was dark and she had a long hair. She was thin and tall. I ever like her, but I remembered my principe not to have a special relation with a girl before I finish my school.
            Before I did the task in council, I had to follow training at Lembang. At that training, we followed some sessions in two days how to be the leader and learn about leadership. Not whole day we learn about leadership. Sometimes we had some games for refreshing and talent show. In talent show, I showed my ability in played monolog and story telling. I loved my worked in council, but I wasn’t the workaholic until now.  After the first year I work at council, I was chosen again in the second year and I was the captain of the scout section. I felt happy. I was at the eighth

21
A. I got the best class, but my own class govern was my own council leader. So, if my own mark was bad, my council leader would be angry and talkative.
            I was happy in junior high school especially, do you know Nick, I ever came to PASKIBRA organization. At there we learnt about structure of ceremony, about stand in a row, and history about PASKIBRA. We learnt about how to hanging up the flag and learnt formation in hanging up the flag. The time I still remembered when I was in PASKIBRA, when we went camping. We were like back to nature. We made our own food from what we brought. We slept together in a tent. In the night, we made camp fire and we sang together and showed our talent in a group. My group played drama. Our drama was comedy mystery and some of my friend were laughing. Another group made a rap song and played magic. We played games too.
            Nick, do you know Asun? He was in SMPK 5 too. We could meet each other more often than I met you.
            After I finished my studied in SMPK 5 BPK Penabur, I continued my study to Christian Senior High School third BPK Penabur. At this place, I met my old friend who was Michael Variant. He called Bothil. I don’t know why. When students orientation was  beginning at there, I met a very different people at there. They came from another schools and I met Felita and Annie too. Do you know Nick, there were people who came from out Bandung. Samuel came from Tasikmalaya, Yoseph came from Subang, and Shianne came from Karawang.
            Do you remember when we were going to have Christmas Party at my church in  GBI Maleber? You used black clothes and you got a punished from the committees. You had to dance follow the music. And then you were recorded by the photograph. That was funny.
            Nick, I’d like to tell about my life more in this letter, but I prefer talk with you in our favorite place which was witness from first time we met. I hope, like this time, maybe not now, we can meet each other and tell about our self. Thanks for your fantastic memories which had given to me. I miss to talk with you face to face. Thanks old friend. I never forgot you.

Regards,


Double “Y”



A Letter To Old Friend

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 10 September 2011
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲