Newest Post

Mighty Father

| Rabu, 24 Oktober 2012
Baca selengkapnya »


Banyak kisah mengharukan bagiku tentang perjuangan seorang ayah bagi anak yang dicintainya. Sedikit banyak aku percaya akan hal itu, tapi satu-satunya kisah yang membuatku sedih adalah kisah tentang ayahku sendiri yang biasanya aku panggil papa. Ada satu kisah yang membuatku suka menyesal kenapa aku tak melakukan lebih banyak dari yang beliau minta.

Ayahku sama seperti biasanya. Beliau seperti kebanyakkan orang. Orang perantauan dari desa yang hijrah ke kota. Berlatar belakang kehidupan yang cukup keras, pendidikan pas-pasan. Ayahku sekarang umurnya telah 43 tahun dan seperti kebanyakan orang yang sudah berkepala empat, kalo kesehatannya gak dijaga, ada aja penyakit yang 'mampir' bahkan 'nginap' di tubuhnya. Dia sosok yang mungkin tak akan membuat anak-anaknya bangga kalau hanya dikenal dari luar saja, dari ayahkulah aku belajar untuk memahami isi batok sebelah kanan manusia yaitu memahami pemikiran dan maksud dari segala yang dilakukannya. Belajar memahami sosok pribadi dibalik setiap tingkah lakunya. Selain itu ayahku orangnya kalem, tapi kalau udah marah, wah seluruh anggota keluargaku gak bakal ada deh yang berani membantah.

Kisah yang baru aja terjadi dan masih aku ingat adalah hmmm..... waktu dia memberikanku sebuah laptop dan sebuah kamera digital yang baru. Mungkin buat temen-temen itu adalah yang biasa malah udah jadi kebutuhan wajib kali ya, tapi tidak bagiku. Laptop dan kamera digital adalah suatu barang sekunder bagiku, jadi tanpa kedua gadget itu pun aku masih bisa hidup. Hapeku saja yang model jaduuuuul banget. Nah sebenarnya aku sih gak kepikiran waktu itu tepat 1 September 2012 ayahku mengajak aku pergi ke sebuah mall yang cukup ternama di Bandung.

Waktu itu aku ditanya "Mau laptop yang kayak gimana?"
" Yang entenglah dan yang pasti memorynya gede dan bisa dipake." jawabku sekenanya karena merasa gak butuh  juga sih sebenarnya.

Ketika sampai di mall itu, aku disuruh milih laptop. Sebenarnya sih pengen notebook, cuman ah laptop aja deh, toh gak beda jauh walau sesungguhnya kedua gadget itu berbeda. Nah mataku tertuju pada sebuah laptop yang kini aku gunakan. Lihat speknya sih bagus dan lumayan juga nih. Aku pun bilang ke ayahku.
"Yang ini aja deh"
"Kamu yakin gak?" tanya ayahku.
"Iya. Kebanyakan temen-temen juga pake ini" jawabku

Lalu tanpa diharapkan, ayahku ngomong ke salah seorang penjaga counternya dan kurang dari 5 menit aku ditanya ama penjaga counternya
"Boleh lihat sebentar id cardnya?"
Aku kasih aja ktp sambil mikir, apa maksudnya

R u[anya tanpa sepengetahuanku, ayahku membelikanku sebuah laptop, padahal aku gak minta untuk membelikannya tapi dia belikan karena dia tahu apa yang kubutuhkan untuk kuliahku, dan sejak aku pakai laptop, memang semua tugas kuliah dapat aku kerjakan dnegan baik tanpa harus bolak-balik ke warnet seperti waktu aku belum punya laptop. Komputer sih ada tapi kadang komputer dipake ama adikku terus. Tapi sekarang aku sudah pakai laptop jadi semua tugas bisa kau bereskan dengan mudah.

Itulah cerita singkat tentang ayahku. Ayahku tahu apa itu cinta, dia juga tahu apa itu arti kata "I Love You", namun sayangnya dia tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya padaku. Pernah dia memukul tanganku karena aku membuat kesalahan besar dan memarahiku, waktu itu yang kudengar adalah amarah ayahku, tapi kini setelah aku renungkan ternyata ada cinta yang besar dibalik amarahnya. Terkadang ayahku juga menganggap aku adalah seorang anak kecil padahal aku sudah kuliah dan bisa naik motor sendiri, tapi aku tahu kalau ayahku mencintaiku. Ia terlalu khawatir untuk kehilangan anak laki-lakinya, anak yang ia banggakan. Seandainya aku punya kekuatan lebih, aku pasti akan berikan apa yang aku bisa, tapi sayang, aku hanyalah anaknya. Aku tak bisa jadi pahlawan bagi ayahku karena selama ini ayahkulah yang menjadi pahlawan bagiku. Pahlawan tanpa jubah, tanpa topeng. Dialah pahlawan seutuhnya.

Mighty Father

Posted by : Unknown
Date :Rabu, 24 Oktober 2012
With 0komentar
Tag :
Next Prev
▲Top▲