Newest Post

Salam dari Kematian

| Minggu, 11 Juni 2017
Baca selengkapnya »


Halo semuanya! Kalian pasti belum mengenalku dengan benar tapi aku bisa mengenal kalian satu persatu dengan sangat jelas, bahkan setiap detail kalian pun aku tahu pasti. Aku bukan Tuhan yang harus kau hormati, tapi bukan Iblis yang harus kau takuti dan kau lawan. Aku sudah hidup ribuan tahun, tepat sesaat Adam, manusia pertama keluar dari taman di Eden. Umurku sudah banyak dan mungkin aku akan berakhir ketika Sang Pencipta datang lagi ke dunia ini. Aku tidak punya kuasa pada hidup kalian, tapi aku selalu bersama dengan kalian selalu. Aku selalu berada di sekitar kalian hingga tiba waktu kalian, maka aku baru menunjukkan diriku.

Aku tidak mengerti, banyak orang yang tidak mau membicarakanku, banyak orang yang ketakutan ketika mendengar namaku, bahkan untuk menyebut namaku sekali saja mereka ketakutan padahal seperti yang kubilang barusan, aku tidak punya kekuatan. Bisa diibaratkan aku hanyalah seorang penjaga dan kalian akan menemuiku ketika kalian sudah mencapai waktunya. Kapan itu? Kalian yang tahu waktunya itu sendiri. Aku selalu bersama denganmu, bahkan sejak kalian masih berupa telur dan sperma di dalam perut ibumu, aku bersama denganmu hingga nanti waktumu tiba.

Bagi sebagian orang, aku adalah akhir dari segala hal, tapi bagi yang lain aku adalah seperti tempat peristirahatan, tapi bagi yang lain aku adalah sebuah. Aku memang sebuah awal, awal yang baru sebelum kalian memasuki fase kekekalan. Ketika kalian sudah bertemu denganku, secara alami semua video klip semasa kalian hidup akan berputar dengan sangat jelas. Segala kenangan akan aku munculkan, baik itu kenangan pahit maupun manis. Aku akan menceritakan banyak hal tentang dirimu bahkan detail dirimu yang membuatmu berkesan sesaat sebelum kalian masuk ke dalam kekekalan dan meninggalkan semua kenangan dan memori itu. Memang ada beberapa orang yang ketika bertemu denganku, dia tidak masuk ke masa kekekalan tetapi kembali masuk ke raganya karena tugas atau waktunya belum selesai, tapi ketika kalian bertemu denganku kalian akan merasakan yang namanya kedamaian dan ketenangan. Tidak akan ada gangguan, tidak akan ada suara yang riuh. Kesakitan yang kalian alami akan hilang dan penderitaan akan hilang ketika bersama denganku, tapi aku perlu tekankan, ketika kalian bertemu denganku, itu artinya kalian aku masuk ke satu fase yang baru. Kalian akan bertemu Sang Khalik untuk selanjutnya ditentukan dimanakah masa kekekalan kalian. Bersama Sang Khalik ataukah terpisah jauh dengan Sang Khalik. Lalu bagaimana denganku? Aku akan lenyap setelah kalian bertemu Sang Khalik karena awalnya aku adalah ketiadaan jadi pastinya aku akan menghilang setelah tugasku selesai. Yang ada hanyalah ada

Ohya, ada yang aku lupakan. Ini satu pesanku untuk kalian, jangan pernah menginggalkan Sang Khalik

Salam dariku, Kematian

Salam dari Kematian

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 11 Juni 2017
With 0komentar

Untukmu yang Dipeluk Kegelapan

| Minggu, 07 Mei 2017
Baca selengkapnya »
Untuk dirimu yang sedang dalam kekelaman
Apakah yang kamu jumpai di kedalaman
Adakah secercah cahaya atau harapan
Kau temukankah yang namanya ketenangan
Adakah kau lihat kenangan-kenangan
Apakah yang kamu temui di kegelapan

Suara sedu sedan tak dirimu hiraukan
Jerit rintihan dan tangisan tak dirimu risaukan
Suara kepakan sayap tidak menggusarkan
Reruntuhan bebatuan tidak didengakan

Secercah cahaya lenyap ditelan kegelapan
Sejumput kenangan habis dibabat kekelaman
Semangkuk harapan terbuang ditumpah kehampaan
Yang tetap tinggal hanyalah kegelapan

Untuk apa dirimu berdiam di ujung sana
Untuk apa dirimu terpojok di ujung sana
Tidak ada tombak yang memojokkan raga
Tidak ada senapan yang diarahkan ke kepala
Untuk apa dirimu menutup mata
Tak ada cahaya yang menyilaukan mata
Untuku apa tubuhmu merayap
Kamu hanya ada di ujung sana

Untukmu yang dipeluk kekelaman
Tidakkah kamu rasakan dinginnya pelukan
Tidakkah kamu rasakan kasarnya sentuhan
Tidakkah kamu rasakan pedihnya terluka

Untukmu yang dipeluk kegelapan
Tidakkah kamu sesak nafasmu
Tidakkah kamu pegal kakimu
Tidakkah kamu lelah ragamu

Untukmu yang dipeluk kekelaman
Tidakkah kamu ingin lepas
Tidakkah kamu ingin bebas
Tidakkah kamu ingin terbang
Tidakkah kamu ingin rasakan hembusan lebat
Tidakkah kamu ingin kembali merasakan bebas

Untukmu yang dipeluk kegelapan
Sampai kapan kamu dipeluk kekelaman


Untukmu yang Dipeluk Kegelapan

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 07 Mei 2017
With 0komentar

Siluet dan Senyumannya

| Senin, 06 Maret 2017
Baca selengkapnya »
Di kala senja itu, ketika aku sedang bersemangat, aku melangkahkan kakiku kemana pun ia mau. Aku tidak terlalu memperhatikan kemana kakiku melangkah. Yang aku lihat adalah pemandangan di kanan kiriku yang indah. Aku berjalan dengan bertelanjang kaki. Pasir-pasirnya hangat dan terasa seperti sensasi memijat telapak kakiku.

Selagi aku terus berjalan sambil memandang bolak-balik ke arah kanan dan kiri, tanpa aku sadari aku memasuki hutan. Ketika kuhirup udara di sana, aku langsung terbatuk-batuk karena udara yang sangat lembap. Ketika aku memalingkan mukaku ke belakang, tak terasa ternyata aku sudah berjalan jauh kedalam hutan.  Tak dapat aku lihat lagi hamparan pasir hangat yang memijat telapak kakiku atau semilir angin sejuk yang ditemani irama lautan ombak. Memang aku masih mendengarkan suara gulungan ombak, tapi terdengar sayup-sayup. Samar-samar kulihat bayangan pepohonan yang semakin lama semakin condong menandakan hari semakin senja. Aku melihat ke bawah ternyata selama ini aku berjalan melalui lumpur. Kakiku tenggelam setinggi mata kaki sehingga terasa berat sekarang untuk melangkah. Tak ada seorang pun yang aku lihat berada di sekitar sini.

Mentari semakin condong dan kini saatku bergegas untuk keluar dari hutan ini. Pertama yang kulakukan adalah membebaskan kakiku dari lumpur ini. Ketika aku mencoba untuk menarik kakiku keluar dari lumpur, salah satu kakiku jadi tenggelam lebih dalam. Ketika aku mencoba kaki yang lain kuangkat, ternyata kakiku yang lain malah makin tenggelam. Di dekatku ada dahan yang cukup besar menjulur yang bisa digunakan sebagai penopang, namun jaraknya lumayan jauh. Aku coba meraihnya dengan menggerakkan tubuhku sehingga badanku hampir jatuh untuk meraih cabangnya. Sayang, seribu sayang, cabang yang kuraih itu rupanya sudah lemah, sehingga ketika kupegang dan karena aku hampir jatuh, cabang itu patah sehingga tubuhku jatuh masuk ke dalam lumpur. Aku pun hanya bisa mengerang kesakitan dan mencoba berteriak minta tolong

"Tolong....tolong...."begitulah teriakku

Mentari kini hanya menampakkan sisa-sisa cayanya saja. Warna langit menjadi kejinggaan dan suasana hutan pun menggelap. Karena langit makin memerah, aku pun menjadi panik. Aku cemas dan tak berpikir jernih. Yang kulakukan hanyalah menggerakkan tangan dan kakiku ini. Semakin ku gerakan semakin tenggelamlah diriku. Aku pun kembali berteriak-teriak lirih.

"Hey! Tenanglah"

Sebuah suara terdengar dari arah depan wajahku. Aku tak bisa melihat dengan baik karena badanku nyaris tenggelam. Aku hentikan gerakkanku dan ku berharap suara itu bisa menolongku. Setidaknya dia akan melemparkan tali ke arahku sehingga aku bisa meraihnya dan dia menariknya, begitu pikirku tetapi  yang terjadi bukanlah seperti itu

"Nah sekarang cobalah berenang secara perlahan menuju arah kepalamu menghadap. Nanti aku akan menarikmu"

Hah!? Berenang? Di dalam lumpur ini? begitu pikirku karena menurutku itu adalah tindakan yang mustahil. Dia melihat aku tidak berenang sama sekali lalu dia kembali bersuara

"Ayo lakukan sekarang atau kau mau di dalam lumpur untuk berbaring?"

Lalu karena aku ingin segera melepaskan diriku dari lumpur, aku lalu melakukannya. Ketika aku melakukannya, awalnya terasa berat dan tubuhku terasa semakin masuk ke dalam lumpur, tapi aku terus mencoba dan lama-kelamaan aku dapat merasakan tubuhku bergerak maju secara perlahan. Lalu aku teruskan berenang perlahan dan maju terus hingga akhirnya tanganku dipegang oleh seseorang dan kemudian ditarik secara perlahan menuju ketepian kolam lumpur. Setelah kurasakan seluruh tubuhku ada di dataran tanah yang mantap, aku lalu mencoba berdiri. Segera sesudah itu, aku lihat sesosok siluet yang kukenali dengan baik. Siluet yang selama ini selalu mendukungku, bersamaku, menopangku. Siluet yang indah karena caya kemerah-merahan. Siluet yang nyata. Tak menunggu banyak waktu lagi, kuraih tangan dari siluet itu. Tangan yang halus sama seperti tangan yang kukenal

"Hari ini aku kembali diselamatkan oleh orang yang sama. Tangan ini kembali menyapaku. Hai Gadis! Terima kasih!"

Senyum pun merekah dari bibirnya yang merah tipis dan binar matanya yang menunjukkan kegembiraan. Gadis batu karang, kini kita bertemu lagi

Siluet dan Senyumannya

Posted by : Unknown
Date :Senin, 06 Maret 2017
With 0komentar

Terima Kasih Hujan

| Minggu, 05 Maret 2017
Baca selengkapnya »

Hari berganti hari
Perjalanan demi perjalanan
Beban saling menumpuk beban
Kanan yang melengkapi kiri

Di kala senja yang teduh dan tenang
Setelah sepanjang hari terik
Awan-awan kelabu mulai berkumpul
Mereka sedang mengamat-amati permukaan bumi
Mereka berdiskusi sambil bergesek satu dengan yang lain
Gesekkannya awalnya pelan
Namun makin lama semakin cepat
Sehingga mereka menjatuhkan tombak petir

Saat itu mataku sedang menatap ke arah mereka
Hujan akan datang, begitu pikirku
Aku sedang dalam perjalanan
Aku harus bergegas sebelum hujan turun
Pikiranku kacau kala itu
Penuh dengan kegelisahan
Penuh dengan kebingungan
Penuh dengan ketakutan
Penuh dengan keraguan
Penuh dengan kemuakan
Penuh dengan kelelahan
Penuh dengan pikiran negatif

Selang tak berapa lama
Tetes-tetes air hujan jatuh di jalanan
Membuatku berhenti untuk mengenakan mantel hujan
Makin lama makin banyak tetes-tetes air
Tetesan air itu akhirnya menjadi hujan
Hujan yang sangat deras
Disertai angin kencang
Tombak petir yang menghujam permukaan bumi
Kilatnya menyilaukan mataku
Membuat jalanku lambat dan goyah
Hujan membasahi seluruh tubuhku
Dari kepalaku
Meluncur
ke leher
menembus sampai dada
menembus isi kepalaku
mendinginkan kepalaku
mendinginkan dadaku

Dari bawah gerombolan banjir menghadangku
Membasahi sepatuku
Membasahi kakiku
Menembus saraf di kaki
Membasahi celanaku

Tanpa berhenti kulanjutkan jalanku
Tanpa mengeluh aku lanjutkan
Justru aku teringat ketika kecil
Aku menari bersama hujan
Aku bernyanyi bersama suara petir
Aku berposer bersama sambaran kilat
Aku bermain bersama banjir

Hujan membasahi seluruh tubuhku
Mendinginkan tubuhku
Mendinginkan kepalaku
Mendinginkan jiwaku
Hujan mengajakku menari
Mengajakku bernyanyi
Mengajakku berpose
Mengajakku bermain

Terima kasih hujan
Sahabat karibku
Sahabat setiaku

Terima kasih hujan
Untuk kado terindahmu

Terima Kasih Hujan

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 05 Maret 2017
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲