Newest Post

Betapa (Amat) Lucunya Bangsaku

| Selasa, 26 Juni 2012
Baca selengkapnya »

Seringkali setiap malam menjelang jam 9 malam, seluruh keluargaku-lebih tepatnya ayahku- menyetel sebuah statiun televisi yang dimana suka ada debat politik di acara tersebut. Aku dan adikku menyimaknya-atau lebih tepatnya tak peduli- pada siaran itu. Aku terutama sebenarnya tak suka menontonnya. Entahlah kalau melihat para pejabat tinggi negara yang membahas sebuah masalah pasti bisa lama kelarnya. Gak cuman sekali dua kali, tapi berkali-kali bahkan malah jadi budaya. Sebelum sebuah masalah beres timbul masalah lain yang lebih ‘panas’ yang lebih ‘menarik’ sehingga ‘menglungsurkan’ masalah yang sedang dibahas dan membuat masalah itu ter’abai’kan lengkap dengan keadaan terakhirnya.

Aku suka sedih kalau lihat aktivitas para pejabat sekarang ini di gedung DPR dan MPR dan juga di depan teve. Mereka senang banget bersandiwara. Ada di acara apapun mereka berubah menjadi aktor dan aktris yang mereka anggap hebat sehingga dapat mendapatkan simpati dari yang menonton. Di depan kamre mereka sungguh hebat, tapi di kenyataan benar-benar tanda tanya besar.

Mereka juga punya hobi yang aneh menurutku. Hobi banget bermain dengan politik. Urusan politik diurus sampe benar-benar kurus namun ketika mengurus yang lain entahlah, mereka seperti orang udik seudik-udiknya. Mereka suka heboh seperti kemarin, beli pesawat terbang baru, bikin gedung baru, beli mobil baru. OK lah beli en bikin, tapi siapa yang biayain? Eh ternyata rakyat kecil yang bayarin, udah belinya yang gak tanggung-tanggung lagi mahalnya sampai ngutang kanan kiri, depan belakang. Tapi giliran rakyat minta kesehatan, pendidikan menghilang sudah. Kalaupun dikasih, yah palingan seadanya. Mentang-mentang rakyat hidup sederhana, dikasih yang sederhana.

Ada lagi yang bikin aku suka sedih lagi. Masalah kecil mereka besar-besarin, mereka tumpuk sampai kelihatan. Giliran ada masalah besar kayak kemarin itu, mereka kubur supaya gak tercium lagi busuknya. Aneh bukan? Ah bangsaku lucu banget.

Kalau ingat perjuangan kakek-kakek buyutku, aku jadi sedih. Pengen rasanya membombardir negeri ini sampai benar-benar hancur dan membuat pemerintahan baru, tapi apa daya. Aku hanyalah anak kemarin sore yang baru bisa menulis, membaca dan berhitung. Aku cuman cecunguk kecil yang berlari-lari di padang rumput mengejar layangan seperti mengejar cita-cita yang tak bisa diraih sama sekali. Aku cuman seekor cicak yang sekali digencet langsung mati. Ah betapa sedihnya bangsaku ini. Hidup segan mati tak mau. Bercita-cita masuk surga, tapi kelakuan kayak setan-setan. Ah amat lucunya bangsaku ini.

Betapa (Amat) Lucunya Bangsaku

Posted by : Unknown
Date :Selasa, 26 Juni 2012
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲