Newest Post

A Story to Tell, A Story to Learn, A Story About Love

| Minggu, 05 Februari 2012
Baca selengkapnya »
Beberapa kali aku suka sekali menulis artikel tentang CINTA ataupun KASIH, namun kali ini aku akan menceritakan diriku sendiri. Aku akan menceritakan sebuah kisah yang penuh dengan penantian hingga mendapatkan jawaban yang terbaik. Bukan jawaban manis tapi terbaik.

Waktu dulu aku pernah menulis kalau aku gak punya pacar, tapi diem-diem aku lagi menjajaki seseorang yang pastinya dia seorang gadis umurnya 18 tahun dan memang lagi single. Pertama kali bertemu, maksudnya kenalan itu bulan Juni. Ketemunya pun dengan cara yang ajaib tanpa ba-bi-bu tanpa direncanakan tapi memang orang yang jatuh cinta pastinya ngerasain gimana sih rasanya jatuh cinta pertama kali? Apakah perasaan itu diundang? Enggak kan. Perasaan itu buta. Mulai dari pertemuan itu, aku suka padanya dan menurut perasaanku juga dia terlihat senang kalau bermain denganku. Tiap bulan pastinya aku dateng ke rumahnya sekadar untuk bermain atau mengajaknya jalan-jalan.

Waktu aku bermain pertama kali dengannya aku pernah minta 3 permintaan. Aku lupa apa aja yang aku minta tapi salah satu diantaranya adalah permintaan terakhir yaitu minta tiga permintaan lagi Hehehehe...

Perasaanku pun bercampur aduk. Aku pernah berdoa ama Tuhan waktu itu seperti ini:
"Oh Tuhan terima kasih karena sudah mempertemukanku dengan dia."
Senang bukan kepalang. Hingga sampai di suatu titik, aku bilang ke dia kalau aku suka ama dia. Aku gak tanya apa dia mau jadi kekasih (red : kekasih maknanya ternyata lebih dalam dari pacar lho) tapi aku tanya apa perasaannya. Dia pun minta waktu untuk berpikir. Aku beri waktu dua bulan. Aku nyatainnya bulan November dan berarti waktunya mpe Januari. Di waktu yang dua bulan itu, aku berdoa bertanya pada Tuhan apakah dia memang orang yang nanti akan menjadi pendamping hidup untuk selamanya dan satu kali.

Well mungkin terlalu berat gitu kalo buat seumurku tapi itulah yang aku pikirkan. Aku sedang mencari pasangan hidup. Bukan pacar yang bisa diganti kalau bosen. Bukan sepatu yang udah gak muat bisa cari lagi. Tapi aku mencari pasangan hidup yang bisa saling menopang, membangun, dan menjadi penolong. Tiap malam jam 9 aku doakan bahkan pernah selama seminggu aku bangun jam 12 pagi dan mendoakannya karena aku merasa bingung dengan perasaan aku sendiri. Ya memang perasaanku saat itu terbagi dua antara IYA dan BUKAN. Makanya aku berkorban bangun jam 12 cuman buat dapet jawaban soalnya aku gak mau ke depannya salah langkah dan menyesal seumur hidup. Aku udah tahu apa rasanya menyesal oleh sebab itu aku tak mau menyesal walau ini adalah kali pertamanya aku merasa jatuh cinta, tapi aku gak mau dikuasai oleh perasaan yang bersifat sementara.

Waktu pun semakin lam mendekati batas deadline tapi aku undur lagi sampai Februari awal supaya aku benar-benar dapat jawaban pasti dan biar dia juga gak salah denger. Satu doa terakhir yang aku ucapkan waktu itu sperti ini:
"Tuhan Engkau yang tahu. Biarlah sesuai dengan kehendak-MU saja dan bukan kehendak-ku. Aku percaya rencana-Mu lebih ajaib dan besar dari yang aku lihat sekarang. "

Dan sejak saat itu aku merasa sudah tidak dikuasain perasaan aneh orang jatuh cinta lagi dan aku menjadi bersikap biasa saja layaknya kalau aku punya sahabat cewe karen pernah aku doain juga kalo misal dia memang untukku, menjadi kekasihku biarlah perasaan orang jatuh cinta dan malu-malu itu muncul padaku dan pada dirinya tapi kalau tidak dibuang saja perasaan itu.

Tepat kemarin. Yap kemarin tanggal 4 Feb setelah aku ikut Persekutuan Gabungan Remaja Pemuda di gereja ku aku bertemu dengannya. Jelaslah aku bertemu dengannya sebab dia aku ajak juga ke sana. Setelah sampai di rumahnya aku tanyakan tentan apa yang dia dapatkan setelah menggumulinya. Kalau liat dari sikapnya sih terjawab kalau memang bukan dia yang akan mendampingiku nanti tapi aku hanya ingin meyakinkan diirku dan jawabannya memang seperti itu. Kami yaitu dia dan aku memang tidak Tuhan izinkan untuk bersatu. Aku puas dengan jawaban itu. Aku boleh belajar banyak dari pergumulanku.

Ketika aku menggumuli apakah dia pasangan hidupku atau bukan, Tuhan menjawab bukan dan memang selain itu Tuhan bilang selesaikan dulu studiku. Selain berbicara padaku rupanya Tuhan juga berbicara pada dia supaya kami tak salah dengar dan tak salah langkah. Aku bahagia karena aku boleh mendengar suara Tuhan dalam pergumulanku itulah ceritaku yang sedikit berbumbu cinta. Ketika kita menggumulinya dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan menolong kita untuk menentukan langkah berikutnya. Aku sekarang bebas dan melanjutkan hidup.
Seperti yang temanku selalu katakan

It's a gift. Itu kemurahan

A Story to Tell, A Story to Learn, A Story About Love

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 05 Februari 2012
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲