Newest Post

Pengorbanan

| Sabtu, 11 Juni 2016
Baca selengkapnya »
Terkadang aku suka berpikir, inikah diriku yang sebenarnya? Setiap kejadian yang aku alami, setiap pengalaman-pengalaman yang terjadi, seperti memberikanku sebuah petunjuk pada sesuatu yang sangat abstrak bagi pemikiranku sekarang ini. Jika aku melihat ke belakang, aku tak tahu apakah aku yang dulu itu adalah yang terbaik, atau aku yang sekarang ini yang terbaik.

Kenapa aku berpikir seperti itu? Entah mengapa aku pun tidak tahu, tapi aku seperti mengalami fase kedua dalam metamorfosis jiwaku. Sebetulnya aku pernah mengalami fase metamorfosis pertama ketika umurku menginjak belasan tahun, sekarang sepertinya aku mengalami fase metamorfosis keduaku. Kali ini aku menghadapinya sendirian. Tak ada siapapun yang secara fisik ada di sampingku. Tak ada seorangpun yang mampu menyelami pemikiranku. Entah, mungkin pemikiranku yang kuno atau  pemikiranku terlalu melampaui pemikiran mereka.

Kalau dikatakan hidupku nikmat, ya jelas nikmat menurutku. Sudah punya penghasilan dan bahkan tabungan sendiri. Tidak bergantung sepenuhnya pada orangtua. Soal ekonomi, keadaan ekonomiku sendiri sangat stabil bahkan bisa menolong dua atau tiga orang lagi. Namun aku perlu sesuatu yang lebih besar dari sekedar harta, dan mungkin tahta.

Aku teringat akan sebuah memori, seorang dosen pernah mengatakan padaku, menjadi pintar itu gampang, menjadi bijak itu sedikit sulit, tapi menjadi bermanfaat bagi segala mahluk itu pengorbanan



P.E.N.G.O.R.B.A.N.A.N

Satu kata yang sangat familiar dan punya tempat tersendiri dalam hatiku. Banyak kisah-kisah soal pengorbanan yang aku pernah tahu seperti salah satunya Bunda Teresa, tokoh biarawati yang terkenal karena pengorbanannya bagi kaum papa di India.

Kisah-kisahnya menginspirasiku secara pribadi tapi sampai saat ini aku hanya tahu sebagai 'kisah pengorbanan' saja, bukan mengalami tindakan pengorbanan. Sebetulnya aku pernah melakukan pelayanan ke yatim piatu tapi aku merasa seperti bukan di sana aku harus bertindak. Pernah aku membayangkan untuk pergi ke suatu tempat yang jauh, sangat pelosok dan melakukan sesuatu, menjadi bermanfaat bagi orang-orang di pelosok, tapi sekali lagi itu hanya apa yang pernah aku bayangkan.

Kehidupan modern membuatku harus mengikuti (atau tepatnya 'terpaksa') perubahan. Tapi kembali aku berpikir, inikah aku, atau inikah jalan yang harus aku pilih? Pernah aku berdoa kepada Tuhan untuk menunjukkan kepadaku jalan yang mana yang harus aku tempuh, tapi sekali lagi aku masih bertanya-tanya apakah ke sini jalannya Tuhan, kenapa lewat sini. Sampai saat ini aku belum mendapat jawaban harus kemana lagi aku berjalan. Kemana lagi aku akan dibawa. Aku selalu berdoa, Tuhan tunjukkan jalan-Mu kepadaku jadi aku tahu harus lewat mana. Aku belum tahu memang ini jalannya atau bukan tapi aku selalu yakin, Tuhan pasti akan menunjukkan jalan yang harus aku lalui untuk dapat menjadi bermanfaat bahkan melakukan pengorbanan yang sejati.

Pengorbanan

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 11 Juni 2016
With 0komentar
Tag :

Uttaran vs. Devil May Cry

| Jumat, 03 Juni 2016
Baca selengkapnya »

Halo kawan-kawan baca semuanya. Apa kabar nih? Sepertinya sudah lama ya diriku tak kembali menulis dan aku yakin dari 10,000 orang yang baca, adalah satu orang yang kangen sama tulisan-tulisanku ini. Nah sebelumnya aku ucapkan selamat menikmati bulan Juni. Tidak terasa sudah memasuki bulan Juni dan artinya sudah masuk pertengahan tahun. Apa saja yang sudah kalian lakukan sekitar 5 bulan ini? Ohya selamat dan sukses buat yang lulus ujiannya dan yang baru selesai ujian. Semoga saja mendapatkan hasil yang diharapkan dan yang terbaik tentunya.

Oke kita masuk saja ke dalam pembahasan kali ini.

Akhir-akhir jagat Indonesia (halah) terutama dikalangan emak-emak lagi dihebohkan dengan sebuah serial drama yang sepertinya tidak akan pernah habis episodenya dan memakan waktu yang sangat-sangat lama. Diriku tak habis pikir apa bagusnya sih dengan serial ini? Sekalipun aku gak suka dan sebal dengan serial ini tapi demi membuat tulisan ini aku sengaja liat beberapa episode, tapi bukan berarti aku hanya duduk diam selama tiga jam. Diriku tak tahan kalau seperti itu apalagi diriku sudah sebal jadi ya cuman sebentar sekali. Ohya kalau ingin tahu apa serial dramanya yaitu seperti yang tertulis di atas dan gambarnya yaitu drama India, secara khusus Uttaran.

Kalian mau tahu kenapa aku melakukan riset ini? Karena 'wabah' Uttaran ini dialami oleh emak-emak di sekitar rumahku termasuk emakku (mamaku). Dalam satu minggu pasti mamaku sudah mantengin depan TV hanya untuk nonton ini. Sekalipun mamaku lagi di dapur atau di kamar, ketika aku ganti channelnya, pasti mamaku akan keluar dan berkata "JANGAN DIPINDAH, LAGI DITONTON" padahal posisinya bukan di depan TV. Pokoknya kalau mamaku sudah nyalain TV dan masuk ke saluran TV yang menayangkan sinema tersebut maka diriku tak bisa berbuat banyak selain mendekam di dalam kamar sambil internetan atau membantu ayahku di bawah.

Beda mamaku, beda dengan diriku. Kalau mamaku sukanya nonton Uttaran, aku sukanya main game dan game yang masih aku gandrungi hingga saat ini adalah Devil May Cry, bahkan aku sampai ikut grup FB yang khusus tentang Devil May Cry untuk dapat trik-trik, bahkan sampai mencari link download gamenya. Ya intinya beda deh antara diriku dan mamaku.

Tapi setelah aku perhatikan beberapa lama ini ternyata baik mamaku maupun diriku sebetulnya sama saja lho sebenarnya. Kami memiliki hobi yang sangat kami senangi, saat ini sih mamaku hobi nonton serial drama Uttaran kalau aku main game Devil May Cry. Kami juga punya kebiasaan kalau lagi asyik melakukan hobi, gak bisa diganggu. Kayak tadi yang aku bahas di atas, mamaku gak bisa biarin channel TV nya dipindahin ketika lagi tayang serial drama India kesayangannya dan aku juga kalau lagi asyik main game ya gak mau diganggu. Selain itu kami pun hapal segala tetek bengeknya tentang hal yang kami sukai.

Jadi sebetulnya yang namanya hobi, kesukaan itu ya bagian dari privasi seseorang. Suatu pilihan, tak bisa dipaksakan. Kayak mamaku, dia gak akan mau dan gak akan bisa kalau aku ajakin main game seperti yang aku mainkan dan aku walaupun bisa mengikuti jalan cerita serial dramanya, tapi karena udah gak suka sejak awal ya aku gak akan tahan untuk duduk diam menontonnya. Melihat hal ini aku juga jadi melihat bangsa ini. Apalagi kalau bukan Bangsa Indonesia.

Sedih kalau aku memperhatikan bangsa ini. Hak setiap orang dijamin dalam hitam di atas putih tapi dalam lapangannya malah tidak ada. Pedang hukum ini hanya digunakan oleh kaum "mayor" atau kaum "beruang" dan kaum "berkuasa". Yang tidak memiliki ketiganya hanya menerima hujaman dari kaum-kaum yang memegang pedangnya. Tak bisa melawan meski melewati jalan yang benar sesuai dengan tracknya. Tapi ya ini lah bangsaku.

Baik buruknya aku cinta
Hebat jeleknya aku simpan
Untung ruginya aku genggam
Halus kasarnya aku peluk

Seperti aku mencintai keluargaku dan kekasihku dulu
Demikianlah cintaku pada bangsa ini
Seutuhnya, sepenuhnya, segenapnya

Bagimu Negri
Jiwa ragaku.

Uttaran vs. Devil May Cry

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 03 Juni 2016
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲