Newest Post

Bangsaku yang (Amat) Lucu

| Selasa, 18 Juni 2013
Baca selengkapnya »
Ketika aku memencet tongkat ajaib -sebut saja namanya remote- dan mengarahkannya ke sebuah kotak ajaib yang dapat menampilkan gambar dan mengeluarkan suara -sebut saja namanya televisi- muncullah berita-berita di stasiun teve swasta tentang demo yang menentang kenaikkan bbm, bukan Blackberry Messenger, tapi bahan bakar minyak. Ya, akhir-akhir ini bangsaku -sebut saja Indonesia- sedang bergejolak karena bbm harganya naik, terutama yang subsidi. Harga premium yang awalnya Rp 4500,- akan menjadi Rp 6500,- dan itu sebetulnya memberatkan kaum manusia marginal apalagi mahasiswa marginal seperti aku, tapi beruntung aku dapat bantuan langsung tarik abang kalau lagi butuh duit. Hehehehe (atm maksudnya)

Bicara soal bbm harganya naik, ini adalah salah satu musim menarik yang ada di Indonesia selain musim hujan, musim kemarau, musim liburan dan musim lebaran. Kenapa? Soalnya musim naik bbm akan menghasilkan satu musim lagi yaitu musim demo. Hehehehe...Sebenarnya aku juga heran kok bisa ya kalau harga bbm naik, mahasiswa juga ikut naik, maksudnya naik ke jalan buat demo bahkan sekarang ada partai segala ama pejabat-pejabat yang ikut naik ke jalan untuk berdemo. Emang edan ya musim naik bbm ini, bisa bikin musim demo juga di saat yang bersamaan. Aku sebetulnya secara pribadi setuju dengan naiknya harga bbm ini, namun aku kurang setuju dengan solusi yang dikasih ama pemerintah terutama Pak SBY, yaitu ngasih BLSM, atau bantuan langsung sementara masyarakat. Soalnya menurutku itu sama aja kayak bikin masyarakat Indonesia jadi pengemis, bahkan kalau salah digunain bukannya bantuin, malah BLSM bisa jadi Bantuan Langsung Supaya Mati. Masalahnya BLT aja kayak gak ada efeknya gitu, apalagi BLSM. Coba apa efek dari BLT itu? Gak pernah aku lihat tuh di stasiun teve yang ngebahas dampak dari BLT, malah banyaknya kayak kericuhan dan ada juga yang sampai sekarat gara-gara mau ngambil BLT doang.

Ya mungkin aku bukan orang pandai, bukan pejabat, bukan cendekiawan, bukan juga negarawan. Aku hanya seorang mahasiswa yang menyaru menjadi pengamat kehidupan, terutama kehidupan masyarakat yang ada di sekitar aku ini. Cobalah kalau ada yang baca ini dan punya kenalan pejabat kah, atau kenalan di partai politik, atau yang di birokrat, solusi BLSM seharusnya tak terjadi. Adalah lebih baik kalau begini, ada dua alternatif. Pertama BBM harganya bertahap naiknya selama beberapa periode, supaya gak kaget masyarkatnya, naiknya Rp. 500,- tiap beberapa periode. Aku rasa itu bisalah dilakukan, biar ada penyesuaian. Atau alternatif kedua, harganya tetap Rp 6500,- tapi jangan kasih BLSM, kenapa gak kasih semacam seminar dan sosialisasi dan pendiklatan gratis buat ukm atau usaha-usaha kecil atau orang-orang yang nganggur jadi bisa ngurangin pengangguran, terus rakyat sejahtera karena usaha mereka sendiri dan mereka bisa menikmatinya, dan punya mental pengusaha, bukan pengemis. Bukankah lebih baik dari pada membentuk mental pengemis. Seperti kata iklan di teve. APA KATA DUNIA kalo Indonesia jadi negera pengemis?

Bangsaku yang (Amat) Lucu

Posted by : Unknown
Date :Selasa, 18 Juni 2013
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲