Newest Post

Di Bawah Jembatan Pasupati

| Minggu, 21 Juli 2013
Baca selengkapnya »
Hari itu pukul 16.25 WIB
Sudah sore, langit tampak cerah
Sesekali tertutup oleh awan mukulus nimbus
Aku telah meregangkan otot-otot yang kaku
Mengeluarkan keringat
Menggerakkan tubuhku dengan cepat
Memperkuat otot-ototku

Bersama Tornado aku menyusuri jalan pulang
Sembari mencoba menikmati indahnya senja
Di antara mobil-mobil
Di antara kemacetan
Di antara asap-asap knalpot yang mengepul

Di persimpangan, di perapatan jalan
Di bawah jembatan Pasupati
Sekali lagi ia menjadi saksi bisu terhadap kacaunya bangsa ini
Kulihat seorang bocah
Berumur 10 tahun
Seharusnya ia sedang bermain di Minggu sore bersama temannya
Seharusnya ia sedang menikmati Minggu sore
Namun aku lihat dia mengamen
Dengan dibantu si Kumang ia mengais rejeki
Atraksi si Kumang di tengah keriuhan kendaraan
Kendaraan melaju cepat, tak menghiraukan si Kumang maupun bocah itu

Si bocah memohon belas kasihan
Bajunya kumal dan kulit mukanya berdebu
Topi hitam menutupi kepalanya
Wajahnya yang polos tetap terlihat

Saat ia memohon belas kasihan
Dianggapnya hanya angin lalu saja
Tak kulihat ada yang menanggapinya
Mereka fokus pada lampu merah
Saat lampu hijau menyala
Semua pun berlalu
Meninggalkan bocah kecil itu sendirian
Sendirian dengan perut laparnya
Sendirian dengan si Kumang yang juga kelaparan

Inilah salah satu lagi potret
Potret dari bangsaku
Bangsa yang katanya berbudi luhur
Bangsa yang murah hati
Namun di bawah Jembatan Pasupati
Aku tak melihat itu semua

Adakah semua jargon, stempel maupun ucapan kata orang hanyalah sebatas ucapan saja?
Aku tak tahu
Siapa yang kusalahkan?
Aku juga tak tahu
Hanya 'mereka' yang tahu

Di Bawah Jembatan Pasupati

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 21 Juli 2013
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲