Newest Post

Siluet dan Senyumannya

| Senin, 06 Maret 2017
Baca selengkapnya »
Di kala senja itu, ketika aku sedang bersemangat, aku melangkahkan kakiku kemana pun ia mau. Aku tidak terlalu memperhatikan kemana kakiku melangkah. Yang aku lihat adalah pemandangan di kanan kiriku yang indah. Aku berjalan dengan bertelanjang kaki. Pasir-pasirnya hangat dan terasa seperti sensasi memijat telapak kakiku.

Selagi aku terus berjalan sambil memandang bolak-balik ke arah kanan dan kiri, tanpa aku sadari aku memasuki hutan. Ketika kuhirup udara di sana, aku langsung terbatuk-batuk karena udara yang sangat lembap. Ketika aku memalingkan mukaku ke belakang, tak terasa ternyata aku sudah berjalan jauh kedalam hutan.  Tak dapat aku lihat lagi hamparan pasir hangat yang memijat telapak kakiku atau semilir angin sejuk yang ditemani irama lautan ombak. Memang aku masih mendengarkan suara gulungan ombak, tapi terdengar sayup-sayup. Samar-samar kulihat bayangan pepohonan yang semakin lama semakin condong menandakan hari semakin senja. Aku melihat ke bawah ternyata selama ini aku berjalan melalui lumpur. Kakiku tenggelam setinggi mata kaki sehingga terasa berat sekarang untuk melangkah. Tak ada seorang pun yang aku lihat berada di sekitar sini.

Mentari semakin condong dan kini saatku bergegas untuk keluar dari hutan ini. Pertama yang kulakukan adalah membebaskan kakiku dari lumpur ini. Ketika aku mencoba untuk menarik kakiku keluar dari lumpur, salah satu kakiku jadi tenggelam lebih dalam. Ketika aku mencoba kaki yang lain kuangkat, ternyata kakiku yang lain malah makin tenggelam. Di dekatku ada dahan yang cukup besar menjulur yang bisa digunakan sebagai penopang, namun jaraknya lumayan jauh. Aku coba meraihnya dengan menggerakkan tubuhku sehingga badanku hampir jatuh untuk meraih cabangnya. Sayang, seribu sayang, cabang yang kuraih itu rupanya sudah lemah, sehingga ketika kupegang dan karena aku hampir jatuh, cabang itu patah sehingga tubuhku jatuh masuk ke dalam lumpur. Aku pun hanya bisa mengerang kesakitan dan mencoba berteriak minta tolong

"Tolong....tolong...."begitulah teriakku

Mentari kini hanya menampakkan sisa-sisa cayanya saja. Warna langit menjadi kejinggaan dan suasana hutan pun menggelap. Karena langit makin memerah, aku pun menjadi panik. Aku cemas dan tak berpikir jernih. Yang kulakukan hanyalah menggerakkan tangan dan kakiku ini. Semakin ku gerakan semakin tenggelamlah diriku. Aku pun kembali berteriak-teriak lirih.

"Hey! Tenanglah"

Sebuah suara terdengar dari arah depan wajahku. Aku tak bisa melihat dengan baik karena badanku nyaris tenggelam. Aku hentikan gerakkanku dan ku berharap suara itu bisa menolongku. Setidaknya dia akan melemparkan tali ke arahku sehingga aku bisa meraihnya dan dia menariknya, begitu pikirku tetapi  yang terjadi bukanlah seperti itu

"Nah sekarang cobalah berenang secara perlahan menuju arah kepalamu menghadap. Nanti aku akan menarikmu"

Hah!? Berenang? Di dalam lumpur ini? begitu pikirku karena menurutku itu adalah tindakan yang mustahil. Dia melihat aku tidak berenang sama sekali lalu dia kembali bersuara

"Ayo lakukan sekarang atau kau mau di dalam lumpur untuk berbaring?"

Lalu karena aku ingin segera melepaskan diriku dari lumpur, aku lalu melakukannya. Ketika aku melakukannya, awalnya terasa berat dan tubuhku terasa semakin masuk ke dalam lumpur, tapi aku terus mencoba dan lama-kelamaan aku dapat merasakan tubuhku bergerak maju secara perlahan. Lalu aku teruskan berenang perlahan dan maju terus hingga akhirnya tanganku dipegang oleh seseorang dan kemudian ditarik secara perlahan menuju ketepian kolam lumpur. Setelah kurasakan seluruh tubuhku ada di dataran tanah yang mantap, aku lalu mencoba berdiri. Segera sesudah itu, aku lihat sesosok siluet yang kukenali dengan baik. Siluet yang selama ini selalu mendukungku, bersamaku, menopangku. Siluet yang indah karena caya kemerah-merahan. Siluet yang nyata. Tak menunggu banyak waktu lagi, kuraih tangan dari siluet itu. Tangan yang halus sama seperti tangan yang kukenal

"Hari ini aku kembali diselamatkan oleh orang yang sama. Tangan ini kembali menyapaku. Hai Gadis! Terima kasih!"

Senyum pun merekah dari bibirnya yang merah tipis dan binar matanya yang menunjukkan kegembiraan. Gadis batu karang, kini kita bertemu lagi

Siluet dan Senyumannya

Posted by : Unknown
Date :Senin, 06 Maret 2017
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲