Newest Post

Celotehku Pada Keluargaku, GGBI

| Minggu, 15 Maret 2015
Baca selengkapnya »
Halo..halo...halo...
Kalau di sini, selamat malam semuaya. Kabarnya luar biasa aja kan? Eh, maksudnya luar biasa baikkan? Setelah melanglang buana menyelami lautan bebas yang membuatku tenggelam di dalamnya dan tak bisa keluar lagi karena aku begitu menikmati kedalaman dan keindahan lautan (#halah) kini aku kembali muncul ke permukaan untuk kembali menemui para penggemarku (#tsah) yang menungguku (#apaansih) untuk kembali mengungkapkan kedalaman (#sumurkalidalem) hatiku yang sedalam sumur katanya.

Malam ini aku mendapat semacam 'ilham' atau inspirasi bahasa kerennya untuk menulis dan ide tulisanku ini aku peroleh ketika aku belajar di sekolah minggu di gerejaku. Nah bagaimana hal itu bisa terjadi? Begini awalnya.

Jadi awalnya ketika Minggu pagi ini aku ikut ibadah (baca: kebaktian) di gerejaku, nah kebetulan aku bergereja (baca: berjemaat) di Gereja Baptis Indonesia (GBI) Maleber yang ada di Bandung. Tapi aku percaya bukan suatu kebetulan aku ada di sini. Nah, jadi tadi ceritanya ada presentasi soal Kongres X GGBI yang ada di Surabaya. Ya aku sendiri gak terlalu ngerti sih, cuman sekadar tahu aja begitu. Awalnya pagi itu pandanganku soal kongres itu ya biasa aja. Toh aku pun gak ngerti yang dibahas apa dan gak terlibat di dalamnya. Namun semua itu berubah ketika negera api menyerang,

Eeeh,...bukan deng, bukan negara api yang nyerang tapi begini yang sebenarnya. Nah kalau di gerejaku, ada namanya sekolah minggu untuk pemuda, pemudi dan profesi. Pokoknya sekolah minggu itu diperuntukkan untuk yang kuliah dan bekerja dan belum menikah. Jadwalnya itu hari Minggu yaitu hari ini dan jamnya adalah jam 18.00 atau 6 sore. Sekolah minggu ini sebetulnya selain utnuk pemuda, digunakan untuk guru-guru sekolah minggu juga, cuman yang berminat hanyalah anak-anak muda dan itu pun belum semuanya. Eeh balik ke inti cerita aja yuk.

Sekolah Minggu Pemuda di gerejaku kali ini sedang membahas tentang sebuah buku yang sangat bagus yaitu Purpose Driven Life karangan Pastor Rick Warren. Itu lho pastor yang dari Gereja Saddleback di Amerika sono. Nah kebetulan minggu ini aku dapat giliran untuk mempresentasikan Bab 16 dari buku itu. Nah tema besarnya adalah " Anda Dibentuk Untuk Keluarga Allah" sedangkan judul dari Bab 16 ini adalah "Hal Yang Paling Penting". Kalau kalian penasaran dengan hasil diskusinya ini aku ada linknya. Klik aja di sini tapi kalau penasaran dengan isi bukunya keseluruhan silahkan cari sendiri ya. Secara garis besar inti dari bab yang dibahas adalah kasih merupakan hal yang terpenting. Kasih harus ditunjukkan melalui tindakan.

Bahasan secara sekilasnya adalah, kita orang-orang percaya sudah masuk dalam keanggotaan sebuah keluarga dan nama keluarganya adalah keluarga Allah. Oleh sebab kita adalah keluarga, maka kita punya hak-hak dalam keluarga dan memiliki kewajiban serta tanggungjawab juga. Saya yakin bahwa setiap orang yang mengaku percaya Yesus dan dibaptiskan, entah itu dibaptis selam, percik, atau banjur, merupakan satu saudara dalam Kristus. Yesus Kristus adalah kakak sulung saya dan saya beserta orang-orang percaya lainnya adalah saudara iman saya. Secara umum, setiap orang percaya adalah saudara seiman saya, tetapi secara khusus saya punya keluarga 'kecil' saya yaitu GGBI. Itulah keluarga 'kecil' saya dan keluarga 'lokal' saya adalah BPD Jawa Barat, sedangkan keluarga 'inti' saya adalah GBI Maleber Bandung.

Sebagai anggota keluarga, kita harus dapat saling mengasihi. Itu sebabnya kasih adalah hal yang terpenting dan seharusnya menjadi hal yang diprioritaskan dalam hidup kita yang singkat ini, terutama untuk mengasihi saudara seiman kita, saudara dalam keluarga Kristen. Cara yang benar yang menunjukkan kita mengasihi adalah dengan adanya hubungan yang kita lakukan dengan anggota saudara seiman kita yang lain seperti entah itu menyapa, mengajak ngobrol, diskusi, atau melakukan suatu kegiatan bersama seperti halnya interaksi yang kita lakukan pada keluarga fisik kita, kita lakukan juga pada keluarga rohani kita. Nah kasih yang benar adalah kasih yang dilakukan, bukan yang dikatakan. Dan waktu yang benar untuk melakukan kasih itu adalah sekarang, bukan nanti atau besok karena kita tak tahu kalau besok masih hidup atau tidak.

Lalu sangkut pautnya dengan GGBI apa ya? Pasti ada yang berpikir seperti itu. Sebelumnya anggap aku anak kemarin sore aja ya yang tiba-tiba nongol dan berteriak "bapak mana, bapak mana, dimanaaaa...." (mirip siapa ya?). Sebagai anggota keluarga tentu kita pengen dong keluarga kita baik dan bahkan harus bertumbuh. Melihat hasil kongres yang dipaparkan dan penjabarannya serta diskusinya, saya melihat kalau sepertinya GGBI tidak ada yang berbeda. Lho kenapa aku bilang begitu? Kalau boleh saya bilang, coba lihat pengurusnya deh. Apakah ada anak-anak muda yang ikut ambil bagian di sana? Atau pada kongres kemarin apakah ada generasi penerus yang ikut ambil bagian di sana dalam kongres? Aku merasa tidak ada sepertinya. Nah kalau aku lihat sekilas sepertinya dalam kepengurusannya tidak ada regenerasi deh soalnya gak ada pemuda yang ikut ambil bagian di sana. Aku sih memang tidak mengenalnya dan bahkan bapak-bapakku yang ikut kongres pun tidak terlalu mengenal mereka semua. Yang aku kenal atau tepatnya aku tahu paling-paling Pdt Timotius Kabul. Itu pun hanya beberapa kali aku tahu karena aku ikut KKMBi dan KKNPBI beberapa waktu lalu.

Selain masalah itu, aku pun sebetulnya agak bingung dengan STTB Bandung? Ada apa dengan sekolah teologia ini? Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena aku dengar katanya mau di merger jadi tidak ada STT Baptis lagi di Bandung dan sebagai akibatnya teman-temanku yang kuliah di sana yang melakukan pelayanan di gerejaku jadi pulang kampung semua seperti Cia, Lily dan David. Untuk Cia, aku tahu dia kembali sekolah di STT yang ada di Manado, cuman kabar dari Lily maupun David aku kurang tahu. Selain itu juga aku kasihan ama mereka bertiga, karena mereka kan perantau, jauh-jauh ke Bandung, untuk dipersiapkan sebagai hamba Tuhan, entah guru atau pendeta, tapi belum beres sudah harus pergi dengan ilmu yang belum banyak mereka nikmati. Ada apa ini dengan GGBI?

Bapak dan ibu yang kini ada di GGBI, tolong jawablah pertanyaanku. Mengapa seperti ini? Ingatlah bapak dan ibu yang mengurus GGBI, kalau boleh lihatlah, ada banyak anggota GGBI, maksudku banyak pemuda di seluruh Indonesia yang masuk ke keluarga inti GBI mereka masing-masing dan banyak daerah. Tapi kenapa yang mengurus GGBI sepertinya hanya orang tertentu saja dan orang yang sama? Ya memang aku ini gak punya pengetahuan, tapi sikap kritisku menunyuruhku mempertanyakannya dan bahkan seperti ada dorongan juga dari Tuhan untuk menulis ini. Bapak, ibu di GGBI, lihat kami pemudamu. Diantara kami umurnya ada yang 17 tahun sampai 22 tahun. Lima tahun lagi kami semua akan berumur 22 tahun sampai 27 tahun. Waktu akan berjalan terus dan bapak, ibu akan menua, sama seperti kami juga akan menua. Jika bapak, dan ibu GGBI tidak memerhatikan kami dan tidak peduli dengan kami serta tidak memberi kami kesempatan, sepertinya nasib dari GGBI tidak akan membaik dan malah menurun. Siapakah yang selanjutnya akan mengisi kursi yang bapak dan ibu duduki sekarang ini?

Kalau sekarang bapak dan ibu dari GGBI menganggap aku lancang, silahkan nilai aku seperti itu, tapi sebagai anggota keluarga, atas dasar dorongan kasih maka aku berbicara seperti ini. Kalau tidak punya kasih dan tidak terbeban, mungkin aku hanya akan diam-diam saja dan mengatakan semuanya baik-baik saja padahal ada masalah di sana. Mungkin aku tidak tahu dengan pasti apa masalahnya seperti apa, tapi kalau bapak dan ibu mau memakai kami, anak-anak muda yang telah Tuhan anugerahkan pada GGBI, pasti kami mau membantu menyelesaikannya karena kami adalah anggota keluarga GGBI. Mungkin bapak dan ibu GGBI berpikir kami belum berpengalaman. Oleh sebab itu berilah kami pengalaman itu dengan cara memberikan kaim kesempatan untuk terjun.

Ucapanku selanjutnya adalah untuk saudara-saudaraku yang ada di GGBI. Halo saudara-saudaraku yang seumuran, apakah kalian tahu masalah yang terjadi di Kongres X GGBI? Bagaimana caranya kalian bisa bilang kalian keluarga GGBI tapi masalah di GGBI pun kalian tak tahu. Jangan bilang kalian mengasihi GGBI kalau kalian tidak melakukan apapun untuk GGBI. Kemanakah kalian selama ini? Aku sebetulnya rindu banget kita bisa lakukan suatu persekutuan bareng. Ya mungkin gak se Indonesia juga, tapi ya setidaknya adalah beberapa kali dalam 3 bulan untuk tiap region saling bersekutu bersama biar kita bisa saling mengenal. Kan ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Ayo saudara-saudaraku seiman, tunjukkan dong kalau kalian mengasihi saudara seiman kalian apalagi mengasihi keluarga GGBI.

Nah begitu aja sih yang aku mau omongin. Sebetulnya ini lebih seperti unek-unek aja ya, tapi ya lebih baik aku jujur daripada aku berdiam diri membisu karena awal dari perubahan adalah keterbukaan. Semoga bapak, ibu dan saudara-saudaraku di GGBI bisa memahami maksudku menulis celotehanku ini. Dan tak lupa juga untuk keluarga intiku, GBI Maleber yang mengajarkanku untuk berpikir kritis. Terima kasih buat didikannya. Disitulah aku merasa kalian mengasihiku dan aku mau mengasihi keluarga kritisku ini. Selamat malam dan terima kasih


dari anak yang suka berceloteh ngawur

Celotehku Pada Keluargaku, GGBI

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 15 Maret 2015
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲