Newest Post

The Legend of Shiloh Sword: Dimensi Lain

| Minggu, 07 Oktober 2012
Baca selengkapnya »
 Hai temans, kali ini aku buat sebuah cerbung seperti yang pernah aku buat yaitu "Sounds of Mountain" bisa dilihat di notes FB. Ini karya keduaku dalam bentuk cerbung. Selamat menikmati


============================Dimensi Lain======================

Mentari siang itu begitu terik. Deburan ombak yang bergulung-gulung menabrak batu karang, mengikis batuan di sana. Para kepiting yang bernaung di balik batu karang berlari-lari saat ombak datang. Mereka tak mau terbawa ombak. Sedangkan itu di pesisir pantai, langkah kaki dari sekitar 3 orang berjalan menuju batu karang.

"Hey, aku tahu tempat dimana kau bisa mendapatkan foto yang bagus."
"Benarkah? Dimana?"
"Di batu karang itu."
"Tapi apa tidak terlalu berbahaya, menurutku sangat riskan membawa kamera ini ke sana."
"Tenang. Takkan terjadi apa-apa. Lagi pula kan kau kaya, jadi klo kamera ini rusak ya kamu ganti saja."
"Hahahahahaha..."

Ya, di sana ada tiga orang. Elias, pemuda yang sangat suka fotografi, Tantiana, teman Elifas yang sangat suka dengan hasil foto Elias dan Fexar teman mereka juga. Mereka bergerak menuju batuan karang dan benar saja ketika mereka sampai di atas batu karang, Elias mendapat objek foto yang indah. Dia pun memotret view yang ada di sana. Sementara itu Fexar turun ke bawah batu karang dan dia menemukan sesuatu.

"Elias, Tantiana kemari deh cepat. Aku menemukan sesuatu nih." teriak Fexar dari bawah batu karang.
"Apa yang kau temukan? " tanya Tantiana.
"Sudah ke sini saja dulu baru nanti aku kasih tahu. Mana Elias? " bujuk Fexar.
"Tuh di sana lagi asyik motret." ucapnya sambil menunjuk Elias.
"Elias, kemarilah. Kau pasti suka." panggil Fexar.
"Tunggu sebentar ya." Elias pun berlari ke arah Fexar " Apaan sih?  Ribut amat sih."
"Elias lihat deh ini pasti kamu tertarik." ucap Fexar sambil menunjuk ke bawah batuan.

Ketika mereka berjalan ke sana, mereka mendapatkan sebuah gua yang berisi dengan kepiting dan kerang. Elias tampak takjub sebab selama ini dia tak pernah melihat binatang laut seperti kerang atau kepiting secara langsung. Dia pun langsung memotret. Dia benar-benar asyik memotret biota laut. Kemudian setelah puas. Dia melihat pulau di seberang batu karang tempat mereka berpijak. Lalu timbul ide dalam benak Elias.

"Guys, kita ke pulau itu yuk. Kayaknya menarik tuh. " ajak Elias pada kedua temannya.
"Mau ngapain ke sana? Gak ada apa-apa dan siapa-siapa juga di sana." ucap Tantiana yang gak suka terlalu cape.
"Ayolah, instingku bilang ada sesuatu yang menarik di pulau itu. Ayo kita ke sana." ajak Elias lagi.
"Baiklah kalau kau memaksa, tapi kita ke sana pake apa? Berenang? Tepar kali." ledek Fexar.
"Iya ya benar juga. Hmmm....eh itu ada perahu, ayo kita pake aja." ucap Elias.

Mereka pun segera menuju perahu kayu yang terdampar di sekitar batu karang tersebut. Tampaknya perahu itu tak berpemilik. Mereka pun segera menaikinya.

"Fexar, karena kamu badannya cukup kuat, kamu yang dayung ya. Aku yang mengendalikannya. Klo kamu Tanti, ya lakukan apa yang kau mau deh." ucap Elias seperti kapten.
"Klo gitu aku pinjem kameramu ya, aku mau foto-foto." ucap Tantiana sambil menyambar kamera Elias.

Mereka pun akhirnya melaju menuju pulau yang ditunjukkan oleh Elias. Fexar mendayung dengan sekuat tenaga, Tantiana memotret-motret raut muka Fexar sedang Elias layaknya kapten kapal dia memandang ke arah pulau yang dituju sambil mengarahkan dayungan Fexar.

Ketika jarak perahu mereka sudah tak seberapa jauh lagi dengan pulau yang mau mereka tuju, tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh pada perahu mereka. Ombak yang mengalun lembut menggoyangkan perahu kecil mereka tiba-tiab berangsur0angsur menjadi ombak yang yang menerpa perahu kecil mereka dengan kencang. Angin yang semula lembut, menjadi kencang. Perahu mereka bergoyang-goyang dihempas ombak yang besar. Langit yang semula biru terang menjadi kelabu. Angin kencang menerbangkan daun-daun kering dan batang pohon yang sudah rapuh. Ketakutan melanda mereka.

"Wah kenapa ini? Apa yang terjadi?" Fexar pun panik karena keadaan berubah drastis.
"Aku juga tak tahu, sebaiknya kita berhenti mendayung dan buang air yang masuk ke perahu kita. Tanti, jangan terlalu pinggir kau ke tengah saja." ucap Elias dengan takut.
"Baik..baik Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ucap Tantiana sambil ketakutan.
"Sebaiknya kita coba bertahan saja. Kita berharap saja supaya keadaan tidak semakin buruk." jelas Elias sambil mencoba menenangkan mereka walau ia sendiri cemas.

Lalu tiba-tiba sebuah batang pohon yang cukup tua terbang entah darimana menghantam perahu mereka sehingga menghancurkan perahu itu. Mereka pun hanyut dalam gelombang ombak.

"Guys raihlah kayu yang ada supaya kalian tetap terapung. Nanti aku selamatkan kalian." teriak Elias.
Kemudian Elias pun berenang ke arah Tantiana menyelamatkannya.
"Tanti, pegang pundakku biar kau tak hanyut." Tantiana hanya bisa mengangguk pelan karena takut.
Lalu Elias berenang lagi menuju Fexar.
"Kau tak apa Fexar?" tanyanya cemas.
"Saat ini baik. Ini karena kau. Aku harap takkan terjadi yang lebih buruk dari ini." sesal Fexar.
"Ya, aku menyesal. Aku tak berpikir akan seperti ini." sesal Elias sambil tertunduk.
Mereka terapung-apung di lautan.

Kemudian ternyata keadaan bertambah buruk. Tiba-tiba ada ombak besar. Ombak itu tinggi sekali dan yang aneh adalah tempat ombak itu terjadi, yaitu di daerah batu karang. Ombak itu sangat tinggi lalu menerpa ketiga orang yang terapung lemas. Lalu ketiga itu pun hanyut dan tergiring ombak. Mereka terseret arus ombak yang besar. Mereka pun pingsan karena kelelahan. Tubuh mereka hanyut dibawa ombak sampai mereka terdampar di sebuah pulau.

Pulau tempat mereka terdampat iru sungguh asing. Tak seperti yang ada. Setelah mereka terdampar cukup lama, Tantiana pun tersadar. Ketika dia memandang sekeliling, dia merasa ada sesuatu yang familiar terhadap tempat itu. Kemudian dia mencari Elias dan Fexar dan membangunkan mereka.

"Fexar, Elias. Bangun, bangun." ucap Tantiana.
Fexar dan Elias pun terbangun.
"Ada apa sih Tanti, heboh banget. Apa sih?" jawab Fexar sambil malas-malasan.
"Coba kalian lihat tempat ini. Bukankah ini tempatnya cukup familiar?" ucap Tantiana.
Elias pun lalu bangun dengan sedikit kelelahan. Ketika dia memandang ke sekelliling, dia pun terhenyak. Elias pun mencoba berpikir, mencari memori-memori yang pernah masuk dalam pikirannya. Karena terbengon memikirkannya, ia membuat Fexar penasaran.
"Hey Elias. Apa yang kau pikirkan?" tanya Fexar penasaran.
"Kau benar Tanti. Tempat ini sudah tidak asing lagi. Ini sama seperti yang ada dalam novel tulisan F. Erbet. Kau masih ingat nama tempat ini?" tanya Elias pada Tanti.
" Ini..." Tantiana menunduk dan mengelus pasir " Ini Andamita Island."......

========================Bersambung========================

The Legend of Shiloh Sword: Dimensi Lain

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 07 Oktober 2012
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲