Newest Post

Surat Untuk Tuan Presiden

| Jumat, 23 Maret 2012
Baca selengkapnya »
Tuan Presiden yang terhormat,
Ini surat dari rakyatmu yang kecil. Kami adalah rakyatmu yang dulu memilihmu untuk menjadi presiden ya Tuan Presiden. Tuan Presiden, sekarang kami mengirimmu sehelai surat. Surat sederhana dari rakyat yang engkau pimpin, Tuan Presiden.

Tuan Presiden, kami tahu kalau Tuan Presiden saat ini sedang pusing memikirkan kelangsungan hidup kami. Tak berbeda jauh dengan kami yang juga pusing bagaimana caranya bertahan hidup dan menafkahi keluarga kami. Penduduk Indonesia ada 200 jutaan, ya samalah dengan kami yang anaknya sampai 12 orang yang semuanya masih kecil-kecil. Kami juga tahu kalau Tuan Presiden sedang memikirkan untuk menaikkan bbm, sama dengan kami yang berpikir untuk mengajar anak-anak kami untuk benar-benar berhemat dan sama juga dengan kondisi negara ini yang sedang penuh dengan demo, keluarga kami pun ikut menolak kalau benar-benar berhemat sehingga anak-anak kami uang jajannya harus dikurangi.

Tuan Presiden, tolong dengarkanlah kami, rakyatmu yang kecil ini. Yang cukup berbangga jika kami pernah tahu ada namanya sekolah untuk belajar. Yang cukup mengerti kalau 1 + 1 = 2. Yang cukup senang jika punya perangko, amplop untuk menulis surat. Yang cukup gembira kalau kami punya kotak berkaca hitam yang terkadang memunculkan gambar, kadang tidak tergantung hari yang kami sebut teve. Yang merasa lebih pintar jika kami punya kalkulator pasar untuk menghitung. Yang merasa kaya jika punya sepeda ontel 2 buah.

Tuan Presiden, kami mungkin tidak mengerti istilah-istilah seperti abiotik dan biotik, atau inflasi dan deflasi, atau geografis dan ekonomis. Mungkin kami tak paham jika kami diajak bicara tentang perpajakkan dan perhitungannya, atau konteksgalasi dan kosmopolitan. Mungkin kami terlihat dungu ketika kami diajarkan komputerisasi atau otomatis. Tapi yang kami tahu hanyalah negara ini sedang bergejolak sama seperti kondisi keluarga kami yang jika mendapat masalah pasti akan bergejolak

Tuan Presidan, tolong lihatlah kami. Kami mungkin tak punya kendaraan yang disebut motor atau mobil. Setiap hari paling sering naik sepeda atau kereta kuda. Pakaian kebanggaan kami hanyalah pakaian yang pertama kami beli di tahun 70an. Alas kaki kami mungkin yang paling bagus adalah yang kami beli tahun 80an.

Tuan Presiden, kami mungkin bisa menuju istanamu, tapi itu memakan waktu yang sangat banyak bagi kami. Itu artinya kami harus meninggalkan keluarga kami yang artinya kami menelantarkan keluarga kami. Kalau kami datang ke sana dengan membawa keluarga kami, masalah akan bertambah runyam mengingat anak kami yang hampir 12 orang itu. Oleh sebab itu kami mengutus orang-orang yang punya waktu lebih banyak untuk menemuimu. Tuan Presiden, tolong dengarkan suara dari penyambung lidah kami. Janganlah Tuan takut terhadap mereka. Mereka bukanlah gajah yang mengamuk sehingga Tuan Presiden perlu menembakinya dengan peluru atau memukulnya hingga mati. Mereka kami utus hanya untuk menemuimu Tuan Presiden

Tuan Presiden, temuilah utusan kami dan dengarkan mereka. Tak perlulah tentara sepuluh kompi untuk menyambut mereka dengan kawat berduri. Yang kami butuhkan hanyalah perhatianmu. Kami tak bermaksud merusak suasana istanamu. Kami hanya ingin didengarkan supaya Tuan Presiden dapat mengambil keputusan yang paling tepat.

Tuan Presiden, tolong lihat kami. Kami tak membawa pisau atau pedang. Senapan atau granat. Kami hanya membawa badan kami yang telah lelah berjalan jauh. Kami hanya ingin didengarkan.
Kami mungkin tak terlalu paham masalah mendasarnya, tapi kami ingin didengarkan dan kami juga ingin dengar suaramu sendiri.

Jadi tolong Tuan Presiden, dengarkanlah kami

Dari rakyatmu yang dulu pernah memilihmu sebagai presiden

Surat Untuk Tuan Presiden

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 23 Maret 2012
With 1 komentar:

Kembali Memeluk

| Selasa, 20 Maret 2012
Baca selengkapnya »
Kehidupan yang semakin lama semakin cepat, memaksa aku untuk berlari dengan cepat. Tak peduli lagi seberapa banyak orang yang mengiringiku, tapi jika aku berlama-lama aku akan semakin jauh tertinggal. Terkadang aku penat dan lelah untuk mengejar sesuatu yang sangat jauh bagiku.Setiap hari aku menciderai diriku sendiri dengan mengejar sesuatu yang masih abstrak untuk aku kejar. Aku sudah mulai kehilangan tenaga dan tak sanggup lagi untuk melangkah.

Kini yang aku bisa lakukan sekarang hanyalah terduduk diam sambil memerhatikan orang-orang yang berseliweran di hadapanku untuk mendahuluiku. Aku ingin kembali berdiri, namun aku kembali terjatuh karena kekuatanku sudah sirna. Aku pun jatuh terlentang dan mataku menatap langit. Langit biru warnanya. Awan-awan bergerak. Aku perhatikan awan-awan itu membentuk suatu rupa

Aku lihat awan yang pertama berbentuk seperti burung rajawali yang sedang merentangkan sayapnya. Kemudian awan kedua berbentuk seperti sebuah perahu kecil kalau aku bilang sampan. Lalu awan yang ketiga aku lihat bentuknya seperti wajah seorang gadis yang pernah aku sukai. Semakin aku perhatikan awan itu, aku semakin yakin kalau bentuk itu memang wajah dia. Entah kenapa aku jadi teringat ketika aku pertama kali jatuh cinta. Aku punya banyak kekuatan untuk menunjukkan cintaku itu padanya. Waktu itu aku bukan seperti diriku yang biasanya. Aku 180 derajat berbeda dengan kondisiku hari ini.

Lalu semakin lama, awan yang memiliki bentuk wajah itu semakin dekat dan menuju ke arahku. Aku kemudian berusaha berdiri, dan kurentangkan tanganku untuk memeluk. Aku ingin kembali memeluk. Ingin merasakan kembali cinta pertamaku. Aku ingin kekuatan pertamaku itu kembali lagi mengisi diriku. Aku peluk gumpalan awan itu kuat-kuat. Cinta pun kembali mengisi diriku dan aku tahu aku siap untuk kembali berlari.

Selasa, 20 Maret 2012
10.07 pm

Kembali Memeluk

Posted by : Unknown
Date :Selasa, 20 Maret 2012
With 0komentar
Tag :
Next Prev
▲Top▲