Newest Post

Galau Akut

| Minggu, 09 September 2012
Baca selengkapnya »

Aku suka sekali dengan fotografi, maksudnya suka liat-liat foto-foto yang bagus. Tapi kalau untuk menjadi fotografer, kayaknya aku gak bisa soalnya aku gak punya kamera. Camera pocket saja tak punya apalagi DSLR. Wuih...harganya gila bo. Itu sama aja kayak bayar biaya kuliah aku 1 semester lebih lho. Tapi aku cukup menikmati objek-objek foto, terkadang juga aku jadi fotografer dadakan.

Saat aku sedang mumet karena tugas yang berat, aku coba lihat-lihat foto. Dimana? Di weblah pastinya karena aku gak ada waktu untuk keluar rumah. Aku buka search engine dan kuketikkan sembarang kata. Yang muncul adalah gambar di atas. Entah kenapa aku ambil gambar itu dan aku seakan-akan terinspirasi dengan gambar yang aku ambil ini. Kalau aku perhatikan, digambar ini ada seorang bocah yang kira-kira umurnya 14 tahun sedang terduduk sendirian, kepalanya menunduk. Sepertinya dia menangis. Kalau aku perhatikan, dia seperti dalam suasana kesendirian dan habis menerima sesuatu yang berat untuk umur seusianya. Dia sendirian dan tak ada yang memperhatikannya. Ia seperti kelihatan telah kehilangan sesuatu yang mungkin menurutku adalah sesuatu yang sangat berharga baginya. Kalau bahasa anak sekarang sih lagi kena galau stadium 4. Widdiiihh...kayak penyakit aja ya. Tapi emang, kesedihan yang mendalam akan membuat kita sakit.

Aku lupa kapan terakhir kali aku menangis, benar-benar menangis yang sangat mendalam. Mungkin karena kejadiannya hanya sekali kali ya jadi aku lupa, tapi aku suka mendapat cerita dari teman-temanku yang saat itu sedang bersedih. Cerita yang paling aku ingat adalah cerita temanku, Reza waktu Ibu Subagyo berpulang sekitar sebulan yang lalu. Dia sangat sedih bahkan walaupun Ibu bukanlah orangtua kandungnya, tapi Reza benar-benar merasa kehilangan. Aku juga ikut merasakannya. Sewaktu beberapa hari aku ke rumah Pak Bagyo, aku merasa suasana rumah itu begitu sepi. Biasanya ketika aku ke rumah Pak Bagyo, pasti ada Ibu yang menyambut aku, trus nawarin masakannya ke aku untuk makan di sana bareng ama Reza. Selain itu beliau suka cerita-cerita gitu tentang Reza. Aku sih senang-senang aja wong namanya juga orang yang sudah tua, pasti suka cerita, jadi ya aku nikmati saja. Tapi hari itu suasana begitu kosong. Tak ada yang secara spesial menyambutku, menawarkan makanan untukku, atau membagi cerita-cerita kepadaku. Ya, mungkin inilah arti dari kehilangan, kesedihan yang dirasakan oleh Reza.

Ketika kita kehilangan sesuatu, maksudku orang yang paling kita kasihi, kita pasti akan sangat sedih. Namun janganlah kesedihan itu membuat kita kena penyakit galau akut #halah#. Justru sebaliknya, seharusnya ketika kita ditinggal pergi (dalam hal ini mati), kita mesti yakin, bahwa keadaannya justru lebih baik dibandingkan ketika ia hidup. Yakinlah ada pengharapan setelah kematian. Ada jaminan setelah kematian bahwa kita akan bertemu kembali dengan dia yang telah dahulu pergi. Apa jaminannya? Yesuslah jaminannya. Dia menjamin kehidupan kekal itu. Lantas janganlah galau lagi, apalagi kalau sampai galau akut, itu hanya menyusahkan diri sendiri. Istilah sarkasnya yang mati aja gak repot gitu. Hehehehe....

Selama masih ada langit biru, mentari kuning, awan putih, bintang gemerlap, pohon hijau, yakinlah bahwa Tuhan selalu bersama kita dan Dia mengerti kita.

Seperti yang temanku selalu katakan padaku.
GALAU = GOD ALWAYS LISTENING, ALWAYS UNDERSTANDING

:D :D :D

Galau Akut

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 09 September 2012
With 2komentar
Next Prev
▲Top▲