Ketika mentari datang
Kaulah cahaya mentari pertama yang menyapaku
Kala fajar menjelang
Kaulah sinar rembulan terakhir yang menemaniku
Ketika burung-burung menyanyikan lagu
Kudengar suaramu yang merdu
Ketika angin mengembus
Kurasakan belaian lembut darimu
Ketika aku menghirup udara
Kau ikut masuk ke tubuhku lewat lubang hidungku
Ketika aku menghembuskannya
Kau tak ikut keluar bersama udara yang kuembus
Kala aku berendam di danau
Kurasakan kau memeluk tubuhku
Kala aku berselimut
Kurasakan kau yang menyelimuti tubuhku
Ketika aku membuka tanganku lebar-lebar
Kurasakan tanganmu menggenggam kedua tanganku
Ketika aku menutup kedua tanganku
Kurasakan tubuhmu ada dalam pelukanku
Hidup matiku selalu disertai olehmu
Kau hidup saat aku hidup
Namun kau tak mati saat aku nyaris mati
Malah karenamulah aku kembali hidup
Pelukan dari kedua tanganmu
Ciuman dari bibir merahmu
Dekapan dari tubuhmu
Bisikan mesra dari mulutmu
Itulah yang mengisi jiwa dan tubuhku
Tanganmu selalu merangkulku dengan hangat dan nyaman
Tak perlulah bunga-bunga indah
Kau jauh lebih indah dari bunga-bunga itu
Tak perlulah intan dan permata
Kau jauh lebih berharga dari barang fana itu
Dalam pelukanmu aku merasa nyaman
Tak sedetik pun aku lewatkan dengan percuma
Kamulah yang mengisi diriku
Kamulah darahku
Kamulah nafasku
Kamulah diriku
Kaulah cahaya mentari pertama yang menyapaku
Kala fajar menjelang
Kaulah sinar rembulan terakhir yang menemaniku
Ketika burung-burung menyanyikan lagu
Kudengar suaramu yang merdu
Ketika angin mengembus
Kurasakan belaian lembut darimu
Ketika aku menghirup udara
Kau ikut masuk ke tubuhku lewat lubang hidungku
Ketika aku menghembuskannya
Kau tak ikut keluar bersama udara yang kuembus
Kala aku berendam di danau
Kurasakan kau memeluk tubuhku
Kala aku berselimut
Kurasakan kau yang menyelimuti tubuhku
Ketika aku membuka tanganku lebar-lebar
Kurasakan tanganmu menggenggam kedua tanganku
Ketika aku menutup kedua tanganku
Kurasakan tubuhmu ada dalam pelukanku
Hidup matiku selalu disertai olehmu
Kau hidup saat aku hidup
Namun kau tak mati saat aku nyaris mati
Malah karenamulah aku kembali hidup
Pelukan dari kedua tanganmu
Ciuman dari bibir merahmu
Dekapan dari tubuhmu
Bisikan mesra dari mulutmu
Itulah yang mengisi jiwa dan tubuhku
Tanganmu selalu merangkulku dengan hangat dan nyaman
Tak perlulah bunga-bunga indah
Kau jauh lebih indah dari bunga-bunga itu
Tak perlulah intan dan permata
Kau jauh lebih berharga dari barang fana itu
Dalam pelukanmu aku merasa nyaman
Tak sedetik pun aku lewatkan dengan percuma
Kamulah yang mengisi diriku
Kamulah darahku
Kamulah nafasku
Kamulah diriku