Newest Post

Dua Buah Botol

| Rabu, 30 Mei 2012
Baca selengkapnya »
Malam itu, suasana begitu sunyi senyap. Tak banyak orang yang berlalu lalang. Hanya para penjaga ronda dan satpam yang terlihat sedang berpatroli malam sambil diiringi candaan-candaan kecil. Sementara itu di langit purnama tampak terlihat dengan jelas dan beberapa bintang menunjukkan gugusan rasi bintang biduk, yaitu gugusan bintang yang digunakan pelaut untuk menentukan arah. Jika ada rasi biduk, itu artinya arah timur. Selain itu deburan ombak yang menabrak bibir pantai dan karang, tidak ada lagi suara. Padahal jam baru menunjukkan setengah sembilan. Pohon-pohon kelapa yang bergoyang ditiup angin, atau digoyang oleh ketam kelapa. Lampu-lampu dari rumah-rumah sekitar pantai menyala remang-remang.

Namun ditengah kesunyian malam itu, tanpa diketahui siapapun, ada sesosok bayangan yang bergerak begitu cepat dari balik batu karang  yang dekat dengan pemukiman warga. Bayangan itu bergerak cepat. Dia berlari dari balik batu karang, lalu melompati pagar rumah Pak Hamid, rumah yang terdekat dari batu karang.Kemudian melemparkan sesuatu ke halaman rumah Pak Hamid. Setelah melakukan itu, bayangan itu kembali lari ke balik batu karang. Tak seorang pun yang memperhatikan tindakan sosok bayangan itu kecuali Simon, keponakan Pak Hamid yang saat itu sedang di atas loteng rumah Pak Hamid. Dia melihat semua yang dilakukan oleh bayangan itu. Karena penasaran, Simon segera turun ke bawah dan lalu segera menuju keluar rumah. Namun belum sempat dia mencapai pintu rumah, dia ditahan oleh Amir, anak Pak Hamid.

"Simon, mau kemana malam-malam begini?" tanya Amir
"Sebentar aku ada perlu." jawabnya sambil tergesa-gesa
"Aku ikut okeh?" tanya Amir
"Tak perlu, sebentar saja kok" balas Simon
"Ayolah, boleh ya?"
"Tidak.."
"Ayo donk Simon, boleh ya?"
"Heeemmm...baiklah, tapi jangan berisik sama sekali."

Kemudian mereka berdua keluar rumah, lalu Simon membungkuk seperti mencari sesuatu. Dia menemukan sesuatu di pinggir pagar rumah Pak Hamid. Sebuah botol berisi selembaran kertas. Kemudian dia kembali berdiri dan mengamati batu karang tempat tadi bayangan tersebut berlari. Kemudian, Simon berlari keluar ke arah batu karang itu. Melihat kelakuan Simon yang aneh, Amir mengejarnya sambil teriak.

"Hei, apa kau sudah gila? Mau kemana?"
"Sudah diam,.ikut saja denganku"

Mereka pun bergerak, namun ketika mereka sudah berada di balik batu karang, apa yang ingin ditemui oleh Simon tak ditemukan. Yang ada hanyalah sebuah botol yang lain. Simon merasa ada suatu misteri malam ini. Dia melihat sekeliling dan tampaknya tanda-tanda dari bayangan yang dia ikuti benar-benar hilang. Satu-satunya petunjuk yang dia punya hanyalah dua buah botol yang dia temui.

"Ayo kita pulang Mir." kata Simon sambil sedikit menyesal
"Hah? Kamu gila ya? Tadi lari-lari keluar gak jelas eh malah mau balik lagi ke rumah. Ada apa sih?" tanya Amir dengan penasaran.
"Nanti aku ceritakan di rumah. Sebaiknya kita pulang dulu."

Mereka pun berjalan pulang, namun tiba-tiba telinga Simon seperti menangkap suatu suara tepat di atas batu karang. Simon pun segera mendongakkan kepalanya ke atas batu karang dan dia melihat bayangan yang sama seperti yang dia lihat pertama kali. Namun anehnya bayangan itu tak bergerak sama sekali. Dia terdiam seperti mengamati Simon juga. Mereka berdua saling terhanyut dalam pandangan mereka. Amir yang tidak tahu apa-apa dibuat bingung oleh tingkah keduanya. Amir pun segera mengguncangkan Simon

"Heh Simon, apa yang kau lakukan? Kau jangan sampai terhipnotis olehnya." Teriak Amir sambil mengguncang badan Simon.

Namun Simon tak bergeming sama sekali. Malahan tersembul senyumnya yang cerah seperti sudah menemukan sesuatu.

"Hai Nick, tak perlulah kau terdiam di sana. Sudah lama juga kita tak bertemu. Turunlah." teriak Simon kepada bayangan itu.

Bayangan itu pun menurut. Dia turun dan melompat menghampiri Simon. Wajahnya pun segera dikenali oleh Simon. Mereka berdua pun saling berpelukan dan meneteskan air mata. Mereka menangis tapi juga tertawa. Seakan-akan seperti sahabat lama saja yang sudah lama tak ketemu saja.

"Amir, kenalkan, ini teman lamaku. Nicky namanya. Dialah bayangan yang sejak tadi sore aku curigai. Kupikir siapa ternyata kau Nick. Sudah lama aku dan dia tak bertemu." ucap Simon sambil mengenalkan Nicky
"Oh Nicky, temanmu yang selalu kau ceritakan itu kan?" jawab Amir dengan muka lega.
"Kau sudah menceritakan apa saja pada dia Simon?" tanya Nicky
"Banyak. Baiklah sebaiknya kita ke rumah dulu. Ayo Amir kita pulang." kata Simon.

Lalu mereka bertiga pun segera pulang ke rumah karena malam itu begitu dingin karena habis hujan. Ketika mereka masuk halaman rumah, pintu depan terbuka dan muncullah Pak Hamid, sosok yang tegas. Dengan tangan berkecak pinggang, dia mulai angkat bicara.

"Darimana saja kalian ini keluyuran malam-malam?"
"Eee, anu Pak, ini tadi ada temen Pak." jawab Amir.
"Siapa itu? Eh sebentar sepertinya saya kenal, siapa itu teman kamu Simon?" tanya Pak Ahmad sambil berusaha mengingat sesuatu.
"Dia Nicky Om. Teman saya waktu kecil." jelas Simon.
"Nicky...Nicky..., Nicky pelaut bukan?" tanya Pak Hamid
"Ya Om, saya pelaut." jawab Nicky.
"Oh ya benar, Kamu pelaut itu ya yang pernah diceritakan para nelayan di desa kami. Ayo masuk-masuk. Ngomong-ngomong dimana awak kapalmu?" tanya Pak Hamid sambil mempersilahkan masuk.
"Mereka sedang dalam perjalanan mencari bahan makanan, saya datang sendiri sekalian menemui teman lama saya ini." jawab Nicky.
"Oh kalau begitu kamu tinggal saja dulu di sini sementara waktu ya." ajak Pak Hamid.
"Oh terima kasih."

Setelah berbincang sebentar dengan Pak Hamid, Amir, Simon dan Nicky pun masuk ke rumah sedangkan Pak Hamid pergi ke pos ronda. Nicky saat itu berpenampilan berbeda. Penampilannya ketika melaut dan bukan pelaut jauh berbeda. Mereka pun terlibat dalam pembicaraan yang serius sambil diselingi candaan.

"Botol yang tadi kulemparkan dan sengaja aku taruh di batu karang apa masih ada padamu Simon?" tanya Nicky.
"Ini, satu ada padaku, dan satu lagi ada pada Amir. Tumben sekali kau kemari dan ngomong-ngomong dari siapa kau tahu aku ada di sini?"
"Ceritanya panjang. Tapi aku butuh kedua botol itu sekarang. Amir, apa kau ada pembuka botol?"
"Tunggu sebentar ya?" Amir pun masuk ke dapur "Ahh..ini dia. Ini Nick."
"Terima kasih Amir." ucap Nicky sambil mengambil pembuka botol dan membuka penutupnya."Coba aku butuh air panas. "

Amir pun segera berlari ke arah dapur dan mengambil air panas di dalam mangkok. Kemudian Nicky mengeluarkan dua buah surat yang terdapat di dalam botol tersebut. Setelah dikeluarkan, Nicky meletakkan kertas tersebut tepat di atas uap air panas dari mangkok. Tak berapa lama muncul tulisan dan gambar dari kedua kertas itu.

"Aah...tepat seperti dugaanku! " pekik Nicky.
"Apa itu?" tanya Amir dan Simon hampir bersamaan.
"Kemarilah dan lihatlah ini. Apa kau mengenal gambar dan tulisan ini?"
"Oooh..rupanya ini toh. Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Simon penasaran.
"Masa kau tidak ingat? Dulu kan kita pernah membuat ini sebelumnya dan aku mendapatkannya waktu aku ke sekolah lama kita. Lihatlah. Bukankah waktu itu kita membuat tinta lilin dari foto kita dan kita juga membuat tinta lilin dari tanda tangan teman-teman kita. Ternyata selama 15 tahun kedua kertas ini masih ada dan tak terusik sama sekali. Aku jadi sangat rindu untuk bertemu dengan teman-teman kita. Bagaimana keadaan mereka ya?" kenang Nicky.
"Hmm..masa lalu yang indah. Aku ingin kembali ke masa itu sebenarnya. Aku masih ingat dengan jelas waktu kita masuk sekolah sama-sama dulu. Saat itu ada Roger dan Yudas. Selain itu Michael, dan Michelle si kembar itu ya kan kalau aku tidak salah ingat." ungkap Simon.
"Ya selain itu juga ada si gendut Tommy dan si dekil Andy. Ahh masa yang indah." kenang Nicky disertai dengan anggukan Simon. Sementara itu Amir menyibukkan dirinya dengan alat-alat pancing yang ada di kamarnya supaya tak dikira kambing congek.

Begitulah keadaan dua orang sahabat yang akhirnya bertemu di sebuah rumah yang jauh. Persahabatan mereka begitu erat sampai-sampai mereka dapat saling bertemu walaupun terpisah selama 15 tahun dan jarak yang jauh. Kedua botol misterius itu kembali mempertemukan mereka dalam nuansa yang sangat kental.

Persahabatan lebih indah dari emas murni....(Annonymous)

==========================================================
Akhirnya ceritanya selesai digarap juga. Sudah satu minggu aku menggarapnya dan berkutat dengan writer's block. Thank's buat temen-temen yang udah menginspirasi aku banget walau pada gak sadar, tapi seperti peribahasa bilang They are looking what you do

OK tunggu cerita lainnya yaks ^^

Dua Buah Botol

Posted by : Unknown
Date :Rabu, 30 Mei 2012
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲